Pantang Menyerah Mencari Kerja, Lulusan S2 Jerman Ini Ditolak 800 Kali
loading...
A
A
A
BERLIN - Dampak pandemi COVID-19 yang berkepanjangan menghantam segala sektor mulai dari kesehatan, ekonomi, hingga lapangan kerja. Hal inilah yang saat ini dirasakan oleh Abdul Kader Tizini, lulusan dengan gelar master di bidang teknik mesin dari RWTH Aachen, salah satu universitas teknik ternama di Jerman .
Awalnya, Tizini mengira akan membutuhkan waktu berminggu-minggu sebelum dia mendapatkan pekerjaan impiannya. Namun kenyataan berkehandak lain. Lebih dari sebulan kemudian, virus Corona menyebar ke Jerman, menghentikan ledakan lapangan kerja selama satu dekade.
Sekarang, setelah melewati sekitar 800 lamaran pekerjaan dan 80 wawancara, pria Suriah berusia 29 tahun itu masih mencari pekerjaan.
Menjadi orang asing di negara ekonomi terbesar Eropa bukanlah sebuah posisi yang menguntungkan untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan sebelum pandemi. Posisi ini menjadi penghalang di saat sekarang hanya ada sedikit lowongan.
"Perusahaan berpikir, 'Dengan orang asing kami harus menjelaskan gagasan itu dua kali, dengan orang asli hanya sekali'," katanya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/2/2021).
Pembekuan pekerjaan dan PHK di ribuan perusahaan Jerman membuat lulusan asing seperti Tizini menghadapi persaingan ketat dengan lulusan asli dan profesional yang menganggur.
Tidak seperti warga negara Jerman dan Uni Eropa, yang berhak atas tunjangan pengangguran dan bantuan virus Corona, banyak lulusan asing tidak memenuhi syarat untuk mendapatkannya.
Ratusan ribu mahasiswa internasional tertarik ke Jerman dalam dekade terakhir, didorong oleh sistem pendidikan tinggi terkemuka namun hampir gratis dan prospek kerja setelah lulus yang kuat.
Awalnya, Tizini mengira akan membutuhkan waktu berminggu-minggu sebelum dia mendapatkan pekerjaan impiannya. Namun kenyataan berkehandak lain. Lebih dari sebulan kemudian, virus Corona menyebar ke Jerman, menghentikan ledakan lapangan kerja selama satu dekade.
Sekarang, setelah melewati sekitar 800 lamaran pekerjaan dan 80 wawancara, pria Suriah berusia 29 tahun itu masih mencari pekerjaan.
Menjadi orang asing di negara ekonomi terbesar Eropa bukanlah sebuah posisi yang menguntungkan untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan sebelum pandemi. Posisi ini menjadi penghalang di saat sekarang hanya ada sedikit lowongan.
"Perusahaan berpikir, 'Dengan orang asing kami harus menjelaskan gagasan itu dua kali, dengan orang asli hanya sekali'," katanya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/2/2021).
Pembekuan pekerjaan dan PHK di ribuan perusahaan Jerman membuat lulusan asing seperti Tizini menghadapi persaingan ketat dengan lulusan asli dan profesional yang menganggur.
Tidak seperti warga negara Jerman dan Uni Eropa, yang berhak atas tunjangan pengangguran dan bantuan virus Corona, banyak lulusan asing tidak memenuhi syarat untuk mendapatkannya.
Ratusan ribu mahasiswa internasional tertarik ke Jerman dalam dekade terakhir, didorong oleh sistem pendidikan tinggi terkemuka namun hampir gratis dan prospek kerja setelah lulus yang kuat.