Misteri COVID-19 dan Riset Laboratorium Wuhan dengan Dana AS

Jum'at, 17 April 2020 - 07:45 WIB
loading...
Misteri COVID-19 dan Riset Laboratorium Wuhan dengan Dana AS
Seorang wanita dengan pakaian pelindung berada di sebuah rumah sakit di Wuhan, China. Foto/REUTERS/Aly Song
A A A
BEIJING - Pejabat dan media Amerika Serikat (AS) menuduh virus corona baru, COVID-19, berasal dari laboratorium di Wuhan, China. Beijing bereaksi keras dengan membantah tuduhan tersebut dan menyatakan diri tidak bersalah terkait pandemi virus corona baru.

Asal-usul COVID-19 masih misterius. Namun, media Amerika, Fox News, melaporkan bahwa virus yang hingga Jumat (17/4/2020) sudah menewaskan lebih dari 145.000 orang di seluruh dunia itu berasal dari laboratorium di Wuhan bukan sebagai senjata biologis, melainkan sebagai bagian dari upaya China untuk menunjukkan bahwa upayanya guna mengidentifikasi dan memerangi virus sama atau lebih besar dari kemampuan AS.

Laboratorium yang jadi sorotan dunia itu bernaung di bawah Institut Virologi Wuhan. Namun anehnya, penelitian di laboratorium itu didanai oleh AS.

Perihal pendanaan itu pernah dilaporkan Daily Mirror, Minggu (12/4/2020), yang menyebut penelitian di laboratorium di Wuhan menggunakan dana USD3,7 juta dari pemerintah AS. Politisi dan sejumlah organisasi mengecam pendanaan Amerika tersebut.

Anggota Kongres AS, Matt Gaetz, menyatakan dia muak setelah tahu bahwa AS selama bertahun-tahun mendanai penelitian semacam itu. Menurutnya, eksperimen di laboratorium tersebut kemungkinan berimbas pada munculnya COVID-19 dan hal lain yang tak terdeteksi oleh Washington.

Laporan Fox News dan media AS lainnya menyatakan laboratorium Wuhan tempat eksperimen virologi dilakukan dan lemahnya standar keselamatan di sana menyebabkan seseorang terinfeksi dan muncul di pasar "basah" terdekat, tempat virus mulai menyebar.

Pada konferensi pers Gedung Putih, Presiden Donald Trump ditanya tentang laporan virus yang melarikan diri dari laboratorium Wuhan, dan dia mengatakan dia tahu tentang hal tersebut.

“Kami sedang melakukan penyelidikan yang sangat teliti terhadap situasi mengerikan yang terjadi ini,” katanya. Namun, dia menolak membahas itu dengan Presiden China Xi Jinping dengan alasan tidak pantas.

Sejak Februari, Institut Virologi Wuhan telah menepis desas-desus yang menyebut virus corona baru kemungkinan telah disintesis secara buatan di salah satu laboratoriumnya atau mungkin melarikan diri dari fasilitas tersebut.

Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo, dalam wawancara dengan Fox News Channel setelah konferensi pers Trump, mengatakan;"Kami tahu virus ini berasal dari Wuhan, China, dan bahwa Institut Virologi hanya beberapa mil jauhnya dari pasar 'basah'."

“Kami benar-benar membutuhkan pemerintah China untuk membuka diri dan membantu menjelaskan bagaimana sebenarnya penyebaran virus ini,” kata Pompeo. "Pemerintah China perlu berterus terang," katanya lagi.

Menanggapi gelombang tuduhan itu, Kementerian Luar Negeri China meminta masyarakat internasional berpegang pada apa yang disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut kementerian tersebut, WHO sudah mengatakan bahwa tidak ada bukti COVID-19 dibuat di sebuah laboratorium di Wuhan.

Bantahan itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China. "Dirketur Jenderal WHO telah berulang kali menyatakan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan bahwa virus itu dibuat di laboratorium," kata Zhao dalam siaran pers kemarin.

Zhao mengatakan banyak ahli medis terkenal di seluruh dunia juga menggambarkan teori-teori munculnya virus seperti kebocoran dari laboratorium, namun tidak memiliki bukti.

Zhao lantas menegaskan posisi China yang tidak bersalah dalam pandemi COVID-19. Zhao mengatakan bahwa virus tersebut merupakan masalah ilmiah yang harus dipelajari oleh para ilmuwan dan ahli medis.

Dia mengajak negara-negara lain bersatu dengan China untuk memerangi COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-Cov-2.

"Penyakit menular adalah musuh bersama umat manusia dan masyarakat internasional, dan kita hanya dapat mengalahkannya melalui respons rasional. China akan terus bekerja dengan negara-negara lain, saling membantu dan bersatu," ujarnya, seperti dikutip dari CNN.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1734 seconds (0.1#10.140)