Perang Brutal dengan Tentara Ethiopia, 600 Mayat Ditemukan di Tigray

Kamis, 26 November 2020 - 08:10 WIB
loading...
Perang Brutal dengan Tentara Ethiopia, 600 Mayat Ditemukan di Tigray
Ilustrasi korban tewas. Sebanyak 600 jasad ditemukan setelah perang brutal antara tentara Ethiopia dengan pasukan wilayah Tigray yang anti-pemerintah. Foto/SINDOnews.com
A A A
MEKELE - Setidaknya 600 mayat ditemukan di kota Mai Kadra, Tigray, setelah perang brutal antara tentara Ethiopia dengan pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) sejak awal bulan ini. Perang saudara ini masih berkecamuk karena TPLF yang anti-pemerintah menolak ultimatum militer pemerintah untuk menyerah dalam tempo 72 jam.

Data temuan 600 mayat korban perang ini diungkap Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Ethiopia setelah militer pemerintah beroperasi di kota Mai Kadra 9 November. (Baca: Tigray Tolak Ultimatum Menyerah, Konflik Mematikan Ethiopia Meningkat )

"Beberapa jasad ditemukan dengan luka tusuk, yang mengindikasikan pelanggaran berat hak asasi manusia yang mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang," kata komisi itu seperti dikutip dari Washington Post, Kamis (26/11/2020).

Laporan komisi itu mengatakan serangan kemungkinan didasarkan pada etnis korban.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed—yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 2019—berusaha untuk memusatkan kekuasaan di negara Tanduk Afrika itu pada bulan September. Dia dilaporkan marah atas keputusan Tigray yang mengadakan pemilu sendiri setelah pemilu nasional ditunda karena pandemi COVID-19. (Baca juga: Perang Terus Berkecamuk, Pasukan Tigray Klaim Hancurkan Pasukan Ethiopia )

Konflik tersebut dipandang oleh para ahli sebagai ancaman serius yang mengganggu kestabilan kawasan. TPLF memiliki kekuatan yang tangguh dan ada ancaman perang saudara yang semakin brutal.

"Retorika yang sangat agresif di kedua belah pihak mengenai perjuangan untuk Mekele (Ibu Kota Tigray) sangat provokatif dan berisiko menempatkan warga sipil yang sudah rentan dan ketakutan dalam bahaya besar," kata Kepala HAM PBB, Michelle Bachelet.

"Tuduhan bahwa para pemimpin Tigray bersembunyi di antara warga sipil tidak kemudian memberi kebebasan kepada negara Ethiopia untuk menanggapi dengan penggunaan artileri di daerah padat penduduk," ujarnya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1519 seconds (0.1#10.140)