30 Tahun Ditutup, Perbatasan Irak-Arab Saudi Kembali Dibuka
loading...
A
A
A
Menjelang pembukaan Arar, salah satu kelompok yang mengidentifikasi dirinya sebagai Ashab al-Kahf menerbitkan sebuah pernyataan yang mengumumkan "penolakannya terhadap proyek Saudi di Irak".
"Kader intelijen dari mujahidin mengikuti semua rincian aktivitas musuh Saudi di perbatasan Irak," kelompok itu memperingatkan seperti dikutip dari Al Araby, Kamis 19/11/2020).
Berbicara kepada wartawan pada Selasa malam, Kadhemi membalas mereka yang menggambarkan pemulihan hubungan sebagai "kolonialisme" Saudi.
"Ini bohong. Memalukan," tegasnya.(Baca juga: AS Kembali ke JCPOA, Pangeran Saudi: Jangan Ulangi Kesalahan yang Sama )
"Biarkan mereka berinvestasi. Selamat datang di Irak," Kadhemi menambahkan, mengatakan investasi Saudi dapat membawa membanjiri Irak dengan pekerjaan baru di mana lebih dari sepertiga pemuda menganggur.
Hubungan Arab Saudi dan Irak tidak banyak berkembang setelah Saddam Hussein digulingkan dalam invasi pimpinan AS tahun 2003. Riyadh mencurigai kelas politik baru Irak yang didominasi oleh Irak karena hubungan mereka dengan Iran.
Hubungan itu mulai mencair pada 2017 ketika Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir melakukan perjalanan ke Baghdad - kunjungan pertama dalam beberapa dekade - diikuti oleh perjalanan ke Riyadh oleh Perdana Menteri Irak saat itu Haider al-Abadi.
Penerbangan komersial pertama dilanjutkan antara kedua negara dan para pejabat mulai membahas Arar, dengan diplomat terkenal Amerika Serikat (AS) Brett McGurk bahkan mengunjungi penyeberangan itu pada 2017 untuk mendukung pembukaan kembali.
Tetapi rencana itu berulang kali ditunda, dengan Arar hanya dibuka pada kesempatan langka untuk memungkinkan warga Irak menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Irak adalah produsen terbesar kedua dalam kartel minyak OPEC, hanya mengungguli Arab Saudi.(Baca juga: Raja Salman Serukan Dunia Akui Iran sebagai Negara Sponsor Terorisme )
"Kader intelijen dari mujahidin mengikuti semua rincian aktivitas musuh Saudi di perbatasan Irak," kelompok itu memperingatkan seperti dikutip dari Al Araby, Kamis 19/11/2020).
Berbicara kepada wartawan pada Selasa malam, Kadhemi membalas mereka yang menggambarkan pemulihan hubungan sebagai "kolonialisme" Saudi.
"Ini bohong. Memalukan," tegasnya.(Baca juga: AS Kembali ke JCPOA, Pangeran Saudi: Jangan Ulangi Kesalahan yang Sama )
"Biarkan mereka berinvestasi. Selamat datang di Irak," Kadhemi menambahkan, mengatakan investasi Saudi dapat membawa membanjiri Irak dengan pekerjaan baru di mana lebih dari sepertiga pemuda menganggur.
Hubungan Arab Saudi dan Irak tidak banyak berkembang setelah Saddam Hussein digulingkan dalam invasi pimpinan AS tahun 2003. Riyadh mencurigai kelas politik baru Irak yang didominasi oleh Irak karena hubungan mereka dengan Iran.
Hubungan itu mulai mencair pada 2017 ketika Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir melakukan perjalanan ke Baghdad - kunjungan pertama dalam beberapa dekade - diikuti oleh perjalanan ke Riyadh oleh Perdana Menteri Irak saat itu Haider al-Abadi.
Penerbangan komersial pertama dilanjutkan antara kedua negara dan para pejabat mulai membahas Arar, dengan diplomat terkenal Amerika Serikat (AS) Brett McGurk bahkan mengunjungi penyeberangan itu pada 2017 untuk mendukung pembukaan kembali.
Tetapi rencana itu berulang kali ditunda, dengan Arar hanya dibuka pada kesempatan langka untuk memungkinkan warga Irak menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Irak adalah produsen terbesar kedua dalam kartel minyak OPEC, hanya mengungguli Arab Saudi.(Baca juga: Raja Salman Serukan Dunia Akui Iran sebagai Negara Sponsor Terorisme )