Analis: Jika Bersatu, Iran, Turki, dan Qatar Bisa Lawan Blok Israel-Teluk

Minggu, 04 Oktober 2020 - 23:49 WIB
loading...
Analis: Jika Bersatu, Iran, Turki, dan Qatar Bisa Lawan Blok Israel-Teluk
Ilustrasi
A A A
TEHERAN - Iran, Turki, dan Qatar dapat membentuk front persatuan untuk menyeimbangkan kemungkinan perubahan geostrategis di Timur Tengah. Analis menyebut, ketiga negara itu dapat menyeimbangkan blok Israel-Teluk, yang berasal dari Perjanjian Abraham, antara Israel, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain.

Mahan Abedin, seorang analis politik Iran dan Timur Tengah menuturkan, ketiga negara tersebut berinteraksi dengan baik satu sama lain. Bahkan, Iran dan Turki mengelola perbedaan mereka di Suriah, seperti yang ditunjukkan oleh proses perdamaian Astana Iran-Rusia-Turki.

(Baca: Iran Desak Dunia Internasional Tekan Israel Gabung Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir )

"Iran, Qatar, dan Turki memiliki kepentingan yang dalam untuk menjaga upaya Palestina untuk menjadi negara bagian tetap hidup. Karena alasan politik, ideologis, dan strategis, mereka tidak dapat membiarkan Israel menghantam Palestina hingga terlupakan," ucap Abedin.

"Saya percaya jika mereka bekerja sama dengan lebih baik, berkoordinasi sedapat mungkin di tingkat diplomatik, politik, intelijen dan militer - maka mereka lebih dari sekadar tandingan Israel dan beberapa negara Arab yang relatif lemah," sambungnya, seperti dilansir Sputnik.

Abedin kemudian mengatakan, Iran sejauh ini belum menilai Perjanjian Abraham sebagai ancaman yang serius. Alasannya, UEA dan Bahrain pada dasarnya adalah negara kecil yang baru didirikan dengan sedikit atau tanpa kedalaman strategis.

"Jadi, tidak satu pun dari negara-negara ini yang pernah berkonflik dengan Israel. Jauh dari itu, mereka berdua berada di negara-negara marjinal terbaik dengan sedikit atau tidak ada pengaruh sama sekali pada inti konflik Israel-Palestina. Selain itu, kedua negara (terutama UEA) telah memiliki setidaknya 20 tahun hubungan rahasia dan urusan bisnis dengan Israel," ungkapnya.

Jadi, yang disebut perjanjian damai itu hanya memformalkan apa yang telah menjadi kenyataan selama setidaknya dua dekade. Dalam hal ini, ini bukan masalah besar. Namun, ungkapnya, dari sudut pandang Iran, ada dua perkembangan potensial yang menjadi perhatian.

(Baca: Erdogan Sebut Yerusalem Milik Turki )

"Pertama, jika perjanjian ini meningkat dan dianut oleh negara-negara Arab yang lebih besar (katakanlah Aljazair, Maroko atau bahkan Arab Saudi) maka itu mengurangi tekanan pada Israel dan mendorong upaya Palestina untuk menjadi negara bagian ke pinggiran," ucapnya.

"Kedua, jika salah satu dari negara-negara Teluk Persia ini menyetujui tuntutan Israel untuk membangun intelijen atau bahkan aset militer di tanah mereka, maka secara alami hal itu menjadi perhatian," tukasnya.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1160 seconds (0.1#10.140)