Jadi Negara Adidaya, Presiden Xi Jinping Perkuat Geopolitik China

Kamis, 01 Oktober 2020 - 12:15 WIB
loading...
Jadi Negara Adidaya, Presiden Xi Jinping Perkuat Geopolitik China
Presiden China Xi Jinping. Foto/ABC
A A A
NEW YORK - Sejak berkuasa pada 2012, Presiden China Xi Jinping telah berhasil menjadikan China sebagai negara adidaya dengan menerapkan kebijakan luar negeri yang agresif di Asia. Dari Laut China Selatan hingga Himalaya, China terlibat sengketa wilayah dengan berbagai negara, baik bilateral ataupun unilateral, dan sukses melipatgandakan kawasannya.

Dengan meningkatnya perlawanan di beberapa kawasan di Asia, Xi telah memperkuat kehadiran militer dan meningkatkan anggaran belanja di sektor pertahanan. Tahun lalu, China bersitegang dengan India di Himalaya. “Kita perlu menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan negara, apapun risikonya,” ujar Xi, dilansir CNN. (Baca: Waspada dan jangan Meremehkan Sifat Lalai)

China memasang sistem misil anti-kapal dan anti-pesawat di tiga titik di Laut China Selatan. Hal itu diungkap seorang sumber dari badan intelijen Amerika Serikat (AS). Pemasangan alat pertahanan militer itu menandai peluncuran sistem misil canggih milik China. Wilayah itu masih menuai sengketa dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Taiwan.

Sejauh ini, laporan tersebut tidak dapat diverifikasi. Namun, China tidak pernah menyatakan telah menerjunkan sistem misil ke Laut China Selatan. Mereka sebelumnya menggunakan pernyataan umum seperti pembangunan fasilitas militer untuk kepentingan pertahanan di wilayah yang dianggap sebagai kedaulatan mereka.

Kementerian Pertahanan (Kemhan) China tidak memberikan komentar mengenai laporan terbaru itu. Adapun Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China menyatakan memiliki kedaulatan di Kepulauan Spratly. Penerjunan sistem pertahanan militer semata-mata untuk keamanan dan tidak ditujukan menyasar negara tertentu.

“Bagi mereka yang tidak berniat berlaku agresif tidak perlu khawatir atau takut,” ujar Juru Bicara (Jubir) Kemlu China Hua Chunying kepada awak media di Beijing, China, dikutip Reuters. “Kami berharap pihak terkait dapat melihat sistem militer ini secara objektif dan tenang,” sambung diplomat perempuan China itu. (Baca juga: Bantu Guru PJJ, Kemendikbud Luncurkan Program Guru Belajar)

Pakar Laut China Selatan dari Washington Center for Strategic and International Studies think-tank, Greg Poling, mengatakan penerjunan misil di Laut China Selatan penting bagi China untuk mempertahankan kedaulatannya. “Dan itu akan menjadi misil pertama di Spratly, baik darat ke udara atau anti-kapal,” terang Poling.

Poling menambahkan penerjunan sistem pertahanna militer seperti itu sudah diduga akan dilakukan China di Laut China Selatan mengingat China membangun fasilitas militer dalam beberapa tahun terakhir. Mereka menyusun pertahanan militer mulai dari terumbu karang hingga Woody Island di sebelah bagian utara.

Menurut Poling, penerjunan misil itu akan menjadi langkah besar yang menentukan ambisi China untuk mendominasi Laut China Selatan, yang juga merupakan sebuah rute perdagangan global. “Sebelumnya, jika Anda merupakan salah satu pengklaim, Anda tahu bahwa China telah mengawasi setiap langkah yang kau lakukan,”

Saat ini, setiap negara pengklaim yang berseteru dengan China di Laut China Selatan berada di dalam wilayah penembakkan misil. Hal itu, kata Poling, akan memberikan dampak yang sangat besar dalam memukul mundur lawan karena ancamannya serius. “Secara implisit, misil tersebut memberikan pesan yang kuat,” katanya. (Baca juga: RUU Kejaksaan Dinilai Ingin Jadikan Jaksa Superbody)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1734 seconds (0.1#10.140)