Wanita Pendukung ISIS Ini Hendak Mengebom Katedral St Paul

Sabtu, 22 Februari 2020 - 12:22 WIB
Wanita Pendukung ISIS Ini Hendak Mengebom Katedral St Paul
Wanita Pendukung ISIS Ini Hendak Mengebom Katedral St Paul
A A A
LONDON - Seorang wanita Inggris pendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS mengaku bersalah merencanakan pengeboman terhadap sebuah gereja dan hotel. Gereja yang hendak dibom adalah St Paul's Cathedral (Katedral St Paul) di London.

Safiyya Amira Shaikh, 36, asal Hayes, London barat, mengakui persiapan aksi terorisnya dan penyebaran publikasi teroris pada sidang di Old Bailey, hari Jumat.

Shaikh diduga melakukan kontak dengan seseorang yang bisa menyiapkan bahan peledak. Dia telah melakukan perjalanan pengintaian untuk menentukan ruang gereja dan hotel yang ditargetkan sebagai lokasi untuk menanam bom.

Dia telah menyiapkan kata-kata sumpah setia kepada ISIS antara Agustus 2019 hingga Oktober 2019. Dia juga berbagi dokumen teroris melalui kelompok-kelompok yang menggunakan aplikasi pengiriman pesan Telegram selama periode yang sama.

Terdakwa berbicara dengan pelan saat dia menyampaikan pengakuan bersalahnya di hadapan Hakim Sweeney di pengadilan pada hari Jumat.

Sweeney akan menjatuhkan hukuman pada 12 Mei 2020 mendatang. Hakim memerintahkan bahwa pembelaan terdakwa yang mencakup laporan psikiatris paling lambat disampaikan 3 April 2020.

Pengadilan mendengar kesaksian bagaimana Shaikh telah melakukan penelitian sebelum menentukan rencananya antara antara Agustus dan Oktober tahun lalu. Dia melakukan kontak dengan seseorang secara online yang dia percaya dapat membantu membuat bahan peledak dan menyediakan dua tas, masing-masing untuk satu bom.

Shaikh pergi ke London pusat dan tinggal di sebuah hotel sebagai bagian dari pengintaiannya. Menurut pengadilan, dia juga mencari tempat terbaik di Katedral St Paul untuk menanam alat peledak kedua.

Sejumlah fakta tidak dibuka di pengadilan, tetapi menurut ringkasan tuntutan terhadap Shaikh menyatakan tujuan utamanya adalah untuk membunuh sebanyak mungkin orang dalam serangan bunuh diri di Katedral St Paul.

Dia hanya mengungkapkan rencananya kepada dua orang, yakni ahli bahan peledak dan istrinya yang menerima tas Shaikh. Shaikh tidak menyadari bahwa kedua orang itu sebenarnya petugas polisi yang menyamar.

Dia terlahir sebagai Michelle Ramsden dari keluarga non-Muslim. Dia masuk Islam pada 2007. Dia mulai mengikuti para ekstremis secara online dan pada 2015 menjadi sosok yang radikal.

Dalam obrolan terenkripsi dengan petugas polisi yang menyamar pada Agustus lalu, terdakwa mengatakan bahwa dia merasa lebih baik mati muda dan pergi ke surga secepat mungkin.

"Saya selalu tahu, saya ingin melakukan sesuatu yang besar...membunuh satu kafir tidak cukup bagi saya," katanya dalam obrolan tersebut, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (22/2/2020).

Shaikh menyatakan keinginan untuk menargetkan sebuah gereja atau suatu tempat bersejarah pada hari seperti Natal atau Paskah untuk membunuh lebih banyak orang.

Pada bulan September tahun lalu, dia mengungkapkan rencananya untuk tinggal di sebuah hotel dekat Katedral St Paul dan kemudian memeriksa katedral serta mengambil foto sebagai seorang turis.

Pada 24 September tahun lalu dia bertemu dengan istri ahli peledak palsu di Uxbridge untuk menyerahkan tasnya.

Kemudian pada 13 Oktober 2019, petugas perempuan yang menyamar membatalkan pertemuan kedua dan polisi memaksa masuk ke flat Shaikh untuk menangkapnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4883 seconds (0.1#10.140)