Taiwan: Bomber H-6 China Tak Berguna Melawan Virus Corona
A
A
A
TAIPEI - Di saat wabah virus Corona baru, 2019-nCoV , mencengkeram China dengan korban meninggal melampui 1.000 orang, pesawat pengebom (bomber) H-6 dan beberapa jet tempurnya memasuki wilayah udara Taiwan. Taipei pun mengerahkan beberapa jet tempur untuk mencegat atau mengintersepsi pesawat-pesawat tempur Beijing tersebut.
Penerobosan wilayah udara itu merupakan serangan besar pertama sejak Presiden Tsai Ing-wen yang dibenci Beijing terpilih kembali untuk memimpin Taiwan dalam pemilu Januari 2020 lalu.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bomber H-6 China dan jet-jet tempur yang menyertainya secara singkat melintasi garis median di selat Taiwan. (Baca: Taiwan Kerahkan Jet Tempur untuk Cegat Pesawat Pengebom China )
Presiden Tsai Ing-wen mengatakan tindakan militer Beijing seperti itu tidak berarti dan tidak perlu pada saat China berjuang mencegah penyebaran wabah virus Corona baru, 2019-nCoV, yang mematikan.
"Saya ingin mengingatkan pemerintah China bahwa itu tidak hanya tidak berarti tetapi juga tidak perlu untuk membuat gerakan militer pada saat wabah Coronavirus Wuhan," katanya dalam sebuah posting di Facebook, yang dikutip Selasa (11/2/2020). Penyakit ini juga dikenal dengan sebutan virus Corona Wuhan karena pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Serbuan bomber H-6 dan jet-jet tempur J-11 terhadap wilayah udara Taiwan ini terjadi setelah pada hari Minggu rombongan pesawat serupa juga mendekati wilayah pulau tersebut tetapi tidak melewati garis median. (Baca juga: Wabah Corona Sudah Membunuh 1.011 Orang di China )
"Untuk hari kedua, pesawat tempur (China) terbang ke dekat Taiwan...Dengar, pengebom H-6 tidak berguna melawan virus corona," tulis Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, di Twitter, seperti dikutip The Guardian.
"Pesawat itu kembali ke wilayah udara China setelah jet tempur Taiwan mengambil tindakan responsif dan intersepif yang tepat dan menyiarkan peringatan untuk pergi," imbuh Kementerian Pertahanan Taiwan.
China telah meningkatkan jumlah penyeberangan jet tempur dan kapal perang di dekat Taiwan atau melalui selat Taiwan sejak Tsai pertama kali terpilih sebagai presiden wilayah itu pada tahun 2016.
Pemerintah Tsai menolak untuk mengakui bahwa Taiwan adalah bagian dari "satu-China".
Pada bulan Desember, tak lama sebelum pemilu, sebuah kapal induk China yang baru ditugaskan berlayar melewati selat Taiwan untuk kedua kalinya. Shandong, kapal induk pertama yang dibangun di dalam negeri China, juga melintasi selat itu pada bulan November, yang memicu Kedutaan Besar de facto Washington di Taiwan menyampaikan kekhawatiran.
Penerobosan wilayah udara itu merupakan serangan besar pertama sejak Presiden Tsai Ing-wen yang dibenci Beijing terpilih kembali untuk memimpin Taiwan dalam pemilu Januari 2020 lalu.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bomber H-6 China dan jet-jet tempur yang menyertainya secara singkat melintasi garis median di selat Taiwan. (Baca: Taiwan Kerahkan Jet Tempur untuk Cegat Pesawat Pengebom China )
Presiden Tsai Ing-wen mengatakan tindakan militer Beijing seperti itu tidak berarti dan tidak perlu pada saat China berjuang mencegah penyebaran wabah virus Corona baru, 2019-nCoV, yang mematikan.
"Saya ingin mengingatkan pemerintah China bahwa itu tidak hanya tidak berarti tetapi juga tidak perlu untuk membuat gerakan militer pada saat wabah Coronavirus Wuhan," katanya dalam sebuah posting di Facebook, yang dikutip Selasa (11/2/2020). Penyakit ini juga dikenal dengan sebutan virus Corona Wuhan karena pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Serbuan bomber H-6 dan jet-jet tempur J-11 terhadap wilayah udara Taiwan ini terjadi setelah pada hari Minggu rombongan pesawat serupa juga mendekati wilayah pulau tersebut tetapi tidak melewati garis median. (Baca juga: Wabah Corona Sudah Membunuh 1.011 Orang di China )
"Untuk hari kedua, pesawat tempur (China) terbang ke dekat Taiwan...Dengar, pengebom H-6 tidak berguna melawan virus corona," tulis Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, di Twitter, seperti dikutip The Guardian.
"Pesawat itu kembali ke wilayah udara China setelah jet tempur Taiwan mengambil tindakan responsif dan intersepif yang tepat dan menyiarkan peringatan untuk pergi," imbuh Kementerian Pertahanan Taiwan.
China telah meningkatkan jumlah penyeberangan jet tempur dan kapal perang di dekat Taiwan atau melalui selat Taiwan sejak Tsai pertama kali terpilih sebagai presiden wilayah itu pada tahun 2016.
Pemerintah Tsai menolak untuk mengakui bahwa Taiwan adalah bagian dari "satu-China".
Pada bulan Desember, tak lama sebelum pemilu, sebuah kapal induk China yang baru ditugaskan berlayar melewati selat Taiwan untuk kedua kalinya. Shandong, kapal induk pertama yang dibangun di dalam negeri China, juga melintasi selat itu pada bulan November, yang memicu Kedutaan Besar de facto Washington di Taiwan menyampaikan kekhawatiran.
(mas)