Bebas dari Pemakzulan, Presiden AS Donald Trump Semakin Percaya Diri

Jum'at, 07 Februari 2020 - 09:27 WIB
Bebas dari Pemakzulan, Presiden AS Donald Trump Semakin Percaya Diri
Bebas dari Pemakzulan, Presiden AS Donald Trump Semakin Percaya Diri
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin percaya diri dan siap menghadapi pemilu presiden setelah memenangkan pemungutan suara pada persidangan pemakzulan. Dengan dukungan kuat para senator Republik di Senat, Trump berhasil lolos dari jerat pemakzulan yang diluncurkan kubu Partai Demokrat.

Trump juga akan menyampaikan pidato di Gedung Putih menyambut kemenangan pada Kamis waktu setempat. Sumber dekat Trump menggambarkan pidato itu merupakan “pidato pembelaan” yang akan mengombinasikan beberapa keluhuran akal budi dengan pernyataan “saya katakan kepada kamu bahwa”.

Pada pidato tersebut, Trump juga akan menyampaikan kebijakan politik, termasuk upaya kampanye pemilu presiden dan upayanya memenuhi janji yangtelah dia buat untuk pemilih dan elektoralnya. “Presiden (Trump) akan menyambut babak terbaru perilaku memalukan yang dilakukan Demokrat di masa lalu dan melanjutkan pekerjaannya mewakili rakyat AS pada 2020 dan selanjutnya,” demikian pernyataan GedungPutih.

Trump mendapatkan dukungan kuat dan solid dari para senator Republik yang membatalkan dua pasal pemakzulan karena menyalahgunakan kekuasaan untuk menekan Ukraina menginvestigasi Joe Biden, kandidat utama pemilu pendahuluan Partai Demokrat dan menghalangi upaya Kongres. Senat, yang dikuasai partai Republik, melalui pemungutan suara memilih untuk membebaskan Trump dari dakwaan menyalahgunakan kekuasaan (52-48) dan menghalangi Kongres (53-47).

Namun, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Nancy Pelosi menyebut pemakzulan akan menjadi legasinya. Sebelumnya, DPR yang dipimpin partai Demokrat menyetujui pasal-pasal pemakzulan pada 18 Desember. Apalagi, Pelosi juga mampu mendapatkan dukungan Senator Republik Mitt Romney yang ikut mendukung langkah Demokrat.

Romney yang pernah menjadi calon presiden dari Partai Republik pada Pilpres 2012 menyatakan bahwa Presiden Trump “bersalah atas penyalahgunaan kepercayaan publik”. Terlepas dari harapan Demokrat, dua anggota Partai Republik moderat lainnya, Susan Collins dari Maine dan Lisa Murkowski dari Alaska, tidak bergabung dengan Romney dalam pemungutan suara untuk menyatakan sang presiden bersalah. (Baca: Senat AS Putuskan Trump Bebas dari Pemakzulan)

Senator Sherrod Brown dari Demokrat menuding para koleganya dari Republik memberikan dukungan kepada Trump karena ketakutan, bukan karena prinsip. Bahkan pemimpin minoritas Senat Charles E Schumer menyatakan, para Senator Republik mengetahui bahwa Trump itu bersalah. “Banyak pendukung Republik, saya percaya mengetahui bahwa kita benar,” katanya dilansir The Washington Post. Bahkan, Senator Bernie Sanders menyebutkan, banyak pendukung Republik sepakat dengan apa yang dilakukan Romney di hati mereka.

Para pejabat Partai Republik mengklaim penggalangan dana selama proses pemakzulan justru mengalami peningkatan. Mereka berhasil mengumpulkan USD155 juta dalam tiga bulan terakhir pada 2019 untuk pemilu presiden mendukung Trump. Itu menjadikan kepercayaan diri Republik semakin kuat akan memenangkan pemilu presiden pada November 2020.

Pada November mendatang, Trump akan menjadi presiden pertama yang pernah dimakzulkan dan kembali mencalonkan diri. Dua presiden lainnya, Bill Clinton pada 1999 dan Andrew Johnson pada 1868, tidak diturunkan oleh Senat dan tidak kembali mengikuti pemilihan presiden.

Pemakzulan dianggap Republik sebagai upaya untuk memperkuat keyakinan pemilih. Pemilu November mendatang bisa menjadi klaim kemenangan bagi Trump. “Pembebasan (dari pemakzulan) berarti kemenangan total,” kata Tim Murtaugh, direktur komunikasi tim kampanye Trump, dilansir Reuters.

“Keputusan Demokrat untuk bergerak maju dengan pemakzulan akan tenggelam dan menjadi kalkulasi politik terburuk dalam sejarah AS,” paparnya.

Bukti kepercayaan diri, beberapa menit setelah para senator menyatakan Trump tidak bersalah, dia langsung mengunggah video kampanyenya sendiri tentang sinyal masa depan. Dia menyebutkan, dirinya ingin menjadi presiden beberapa dekade mendatang. Sayangnya, konstitusi hanya membatasi dua kali periode. Trump pun dikritik karena bertindak seperti raja selama persidangan pemakzulan Trump. (Andikah Mustaqim)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4793 seconds (0.1#10.140)