Blogger Anti-Putin Dibunuh di Prancis, Tenggorokannya Digorok

Jum'at, 07 Februari 2020 - 09:04 WIB
Blogger Anti-Putin Dibunuh di Prancis, Tenggorokannya Digorok
Blogger Anti-Putin Dibunuh di Prancis, Tenggorokannya Digorok
A A A
PARIS - Seorang blogger asal Chechnya, Rusia, ditemukan tewas di sebuah kamar hotel di Prancis pekan lalu. Polisi Prancis menyimpulkan blogger yang dikenal anti-Putin tersebut dibunuh dengan bermotivasi politik.

Blogger yang tewas di kamar hotel itu bernama Imran Aliev, 44. Dia dikenal vokal menentang orang terkuat Chechnya, Ramzan Kadyrov, dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Polisi sekarang memburu teman seperjalanan Aliev, yang menghilang tak lama setelah pembunuhan. Investigator polisi Prancis mengatakan pria yang diburu itu juga merupakan pria pria Chechnya. Dia menemani Aliev dari rumahnya di Belgia ke Prancis utara melalui kereta api pada 29 Januari 2020.

Aliev ditemukan tewas keesokan paginya setelah perjalanan tersebut. Jasadnya pertama kali ditemukan oleh staf hotel. Ada bekas gorokan di tenggorokan korban.

Semasa hidup Aliev berasal dari Chechnya, wilayah Rusia barat daya yang telah menyaksikan dua perang brutal untuk kemerdekaan dari Rusia dalam beberapa dekade terakhir. Wilayah ini dikendalikan oleh Kadyrov, dengan persetujuan dari Moskow.

"Aliev telah meninggalkan Belgia, di mana dia berada di bawah perlindungan polisi karena ancaman dari Rusia dan Chechnya atas blogging oposisi," kata seorang pejabat senior kepolisian Prancis, yang tidak dapat diidentifikasi karena sedang membahas penyelidikan kasus tersebut.

"Dia ditemani oleh seorang pria Chechnya lain, yang kami tentukan tentatif berdasarkan dokumen perjalanannya," lanjut pejabat tersebut, seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (7/2/2020).

"Identifikasi ini dapat berupa kasus identitas yang keliru atau bahkan alibi ilegal," kata pejabat itu, seraya menambahkan bahwa polisi tidak dapat menentukan apa pun. "Sampai kami berbicara dengan pria yang kami percaya adalah saksi penting."

Pejabat itu menolak untuk mengidentifikasi pria yang diburu atau pun mengonfirmasi apakah lokasinya telah ditentukan.

Para pejabat intelijen dan penegak hukum Eropa merasa prihatin tentang pembunuhan para pembangkang anti-Putin dan Kadyrov di seluruh Uni Eropa dan Inggris. Setidaknya 15 orang telah terbunuh oleh regu pembunuh Rusia di Inggris, termasuk orang-orang yang tidak bersalah.

Kekhawatiran ini menjadi lebih akut sejak percobaan pembunuhan pada tahun 2018 terhadap mantan agen ganda Rusia, Sergei Skripal dengan racun saraf di Salisbury, Inggris. Menurut Inggris, Skripal dan putrinya, Yulia, menjadi target pembunuhan dengan racun Novichok.

Seorang pembangkang Chechnya juga ditemukan tewas di taman Berlin, Jerman, yang ramai pada tahun lalu. Para tersangka dalam kasus pembunuhan di Jerman dan Prancis telah dikaitkan dengan dinas intelijen Rusia.

"Jelas, mengingat sejarah Aliev dan ancaman sebelumnya, kita perlu kuat memeriksa kemungkinan layanan intelijen negara dalam pembunuhan ini, dan kami sedang mengumpulkan dan menganalisis bukti dari pola perjalanan, penyadapan elektronik, dan alat investigasi lainnya yang kami miliki," kata seorang pejabat polisi Prancis.

Pejabat itu mengatakan Prancis belum menghubungi Rusia untuk dimintai bantuan dalam kasus ini. Seorang pejabat penegak hukum Belgia yang akrab dengan kasus ini menolak untuk dicatat keterangannya, tetapi dia menyatakan bahwa otoritas Belgia menemukan seluruh situasi sangat mencurigakan.

"Kami memiliki dia di bawah perlindungan polisi karena suatu alasan," kata pejabat Belgia itu. "Ada ancaman spesifik dan dapat dipercaya pada hidupnya dari sektor politik tertentu di Chechnya dan Rusia, yang dapat kita verifikasi dengan mudah dan menyimpulkan bahwa perlindungan memang pantas."

Pejabat itu menolak untuk membahas identitas atau gerakan orang yang dicari oleh Prancis atau mengonfirmasi apakah dia juga berada di bawah perlindungan Belgia.

Ditanya apakah Aliev telah memberi tahu otoritas Belgia tentang rencananya untuk menyeberangi perbatasan ke Prancis atau berkoordinasi dengan keamanan Prancis, pejabat Belgia itu menolak berkomentar secara langsung.

"Saya tidak dapat berbicara langsung apakah ada yang tahu dia berencana melakukan perjalanan, tetapi saya akan menyatakan bahwa mengatur perlindungan bagi seseorang yang hanya beberapa kilometer di atas perbatasan tidak akan menjadi masalah," kata pejabat itu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2963 seconds (0.1#10.140)