Biang Virus Corona, Pasar Hewan Liar atau Senjata Biologi China?
A
A
A
JAKARTA - Ketika wabah virus Corona jenis baru; 2019-nCoV , mencengkeram Wuhan, muncul spekulasi tak mengenakkan yang menyebut penyakit itu hasil dari program senjata biologi China yang terselubung. Spekulasi ini belum dan mustahil dikonfirmasi pemerintah China.
Satu-satunya konfirmasi resmi tentang sumber wabah itu datang dari para ilmuwan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China . Dalam laporannya yang dikutip dari kantor berita pemerintah, Xinhua, Selasa (28/1/2020), CDC membenarkan bahwa sumber wabah berasal dari Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di jantung kota Wuhan .
Pasar itu menjajakan aneka satwa liar untuk dikonsumsi manusia, seperti kelelawar, anak serigala, kucing luwak, anjing, babi, ular, ayam liar, keledai, musang, tikus bambu, landak dan rusa. (Baca: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )
Para ahli CDC mengatakan tes mengonfirmasi virus pertama kali melompat dari hewan ke manusia di dalam Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Pasar itu sudah ditutup sejak virus mewabah.
"Tiga puluh satu dari 33 sampel positif dikumpulkan dari zona barat pasar, tempat stan perdagangan satwa liar terkonsentrasi," kata CDC dalam laporannya. "Hasilnya menunjukkan bahwa wabah Coronavirus baru sangat relevan pada perdagangan hewan liar."
Lantas, dari mana spekulasi bahwa biang penyakit ini hasil program senjata biologi China yang bocor? Spekulasi yang marak beredar menyebutkan Coronavirus baru Wuhan adalah senjata biologi yang entah secara tidak sengaja atau sengaja dilepaskan dari fasilitas penelitian di Provinsi Hubei, China. Jika laporan yang belum dikonfirmasi dipercaya, kebenarannya bisa jadi lebih aneh.
Menurut laporan CNN, Selasa (28/1/2020), Wuhan adalah rumah bagi beberapa laboratorium penelitian biologi besar China. Secara khusus, kota ini dikenal dengan Institut Virologi Wuhan, laboratorium penelitian biologi paling maju di China. (Baca: UPDATE-Virus Corona China: 106 Orang Tewas, 4.000 Terinfeksi )
The Washington Times menyarankan situs itu mungkin terkait dengan program senjata biologi China terselubung. Laporan media ini menampilkan Danny Shoham, yang mengaku sebagai mantan perwira intelijen militer Israel.
Shoham percaya bahwa Institut Virologi Wuhan mungkin membantu militer China dengan program perang biologinya.
"Laboratorium tertentu di lembaga ini mungkin telah terlibat, dalam hal penelitian dan pengembangan, dalam (senjata biologi) China, setidaknya secara kolateral, namun bukan sebagai fasilitas utama penyelarasan senjata perang biologi China," katanya.
Shoham berhenti mengklaim bahwa Coronavirus bocor dari institut tersebut. Meskipun dia mengakuinya hal mungkin saja.
"Pada prinsipnya, infiltrasi virus keluar mungkin terjadi baik sebagai kebocoran atau sebagai infeksi tanpa disadari dalam ruangan dari seseorang yang biasanya keluar dari fasilitas yang bersangkutan. Ini bisa menjadi kasus dengan Institut Virologi Wuhan. Namun sejauh ini tidak ada bukti atau indikasi untuk kejadian seperti itu," ujarnya.
Terlepas dari mana sumbernya, China berkewajiban menghentikan penyebaran Coronavirus jenis baru ini. (Baca juga: Dokter di Wuhan Stres dan Menjerit setelah Berhari-hari Tanpa Tidur )
Dalam perkembangan terbaru, Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan 106 orang telah meninggal karena virus Corona baru yang menyebar di seluruh negeri. Angka ini naik dari jumlah sebelumnya yang mencapai 81 orang. Angka terbaru itu mencakup satu kematian di Ibu Kota China, Beijing.
Jumlah total kasus yang dikonfirmasi di China naik menjadi 4.515 pada 27 Januari. Angka itu naik dari 2.835 yang dilaporkan sehari sebelumnya.
Satu-satunya konfirmasi resmi tentang sumber wabah itu datang dari para ilmuwan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China . Dalam laporannya yang dikutip dari kantor berita pemerintah, Xinhua, Selasa (28/1/2020), CDC membenarkan bahwa sumber wabah berasal dari Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di jantung kota Wuhan .
Pasar itu menjajakan aneka satwa liar untuk dikonsumsi manusia, seperti kelelawar, anak serigala, kucing luwak, anjing, babi, ular, ayam liar, keledai, musang, tikus bambu, landak dan rusa. (Baca: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan )
Para ahli CDC mengatakan tes mengonfirmasi virus pertama kali melompat dari hewan ke manusia di dalam Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Pasar itu sudah ditutup sejak virus mewabah.
"Tiga puluh satu dari 33 sampel positif dikumpulkan dari zona barat pasar, tempat stan perdagangan satwa liar terkonsentrasi," kata CDC dalam laporannya. "Hasilnya menunjukkan bahwa wabah Coronavirus baru sangat relevan pada perdagangan hewan liar."
Lantas, dari mana spekulasi bahwa biang penyakit ini hasil program senjata biologi China yang bocor? Spekulasi yang marak beredar menyebutkan Coronavirus baru Wuhan adalah senjata biologi yang entah secara tidak sengaja atau sengaja dilepaskan dari fasilitas penelitian di Provinsi Hubei, China. Jika laporan yang belum dikonfirmasi dipercaya, kebenarannya bisa jadi lebih aneh.
Menurut laporan CNN, Selasa (28/1/2020), Wuhan adalah rumah bagi beberapa laboratorium penelitian biologi besar China. Secara khusus, kota ini dikenal dengan Institut Virologi Wuhan, laboratorium penelitian biologi paling maju di China. (Baca: UPDATE-Virus Corona China: 106 Orang Tewas, 4.000 Terinfeksi )
The Washington Times menyarankan situs itu mungkin terkait dengan program senjata biologi China terselubung. Laporan media ini menampilkan Danny Shoham, yang mengaku sebagai mantan perwira intelijen militer Israel.
Shoham percaya bahwa Institut Virologi Wuhan mungkin membantu militer China dengan program perang biologinya.
"Laboratorium tertentu di lembaga ini mungkin telah terlibat, dalam hal penelitian dan pengembangan, dalam (senjata biologi) China, setidaknya secara kolateral, namun bukan sebagai fasilitas utama penyelarasan senjata perang biologi China," katanya.
Shoham berhenti mengklaim bahwa Coronavirus bocor dari institut tersebut. Meskipun dia mengakuinya hal mungkin saja.
"Pada prinsipnya, infiltrasi virus keluar mungkin terjadi baik sebagai kebocoran atau sebagai infeksi tanpa disadari dalam ruangan dari seseorang yang biasanya keluar dari fasilitas yang bersangkutan. Ini bisa menjadi kasus dengan Institut Virologi Wuhan. Namun sejauh ini tidak ada bukti atau indikasi untuk kejadian seperti itu," ujarnya.
Terlepas dari mana sumbernya, China berkewajiban menghentikan penyebaran Coronavirus jenis baru ini. (Baca juga: Dokter di Wuhan Stres dan Menjerit setelah Berhari-hari Tanpa Tidur )
Dalam perkembangan terbaru, Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan 106 orang telah meninggal karena virus Corona baru yang menyebar di seluruh negeri. Angka ini naik dari jumlah sebelumnya yang mencapai 81 orang. Angka terbaru itu mencakup satu kematian di Ibu Kota China, Beijing.
Jumlah total kasus yang dikonfirmasi di China naik menjadi 4.515 pada 27 Januari. Angka itu naik dari 2.835 yang dilaporkan sehari sebelumnya.
(mas)