Kata Rouhani, Iran Tak Akan Pernah Mencari Bom Nuklir!
A
A
A
TEHERAN - Iran tidak akan pernah mencari senjata atau bom nuklir, dengan atau tanpa kesepakatan nuklir multinasional. Demikian penegasan Presiden Hassan Rouhani yang dipublikasikan di situs webnya.
Dia meminta kekuatan Eropa untuk menghindari kesalahan Amerika Serikat karena melanggar perjanjian nuklir bersejarah 2015 dengan negara-negara besar. Perjanjian nuklir multinasional 2015 itu bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
"Kami tidak pernah mencari senjata nuklir...Dengan atau tanpa kesepakatan nuklir, kami tidak akan pernah mencari senjata nuklir," kata Rouhani, seperti dikutip Reuters, Kamis (23/1/2020).
Rouhani mengatakan negaranya masih berkomitmen untuk mempertahankan perjanjian tersebut, tetapi memperingatkan bahwa setiap pelanggaran oleh penandatangan JCPOA akan memiliki konsekuensi. (Baca: Iran Peringatkan Eropa Tak Ikuti AS dengan Merusak Pakta Nuklir )
JCPOA diteken oleh Iran dan enam negara kekuatan dunia (Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China) tahun 2015. Perjanjian itu mengamanatkan Iran mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi. Namun, sejak Trump jadi presiden AS, Washington menarik diri secara sepihak dari perjanjian itu dan memulihkan sanksi yang merusak ekonomi Teheran.
"Saya memberi tahu negara-negara Eropa; kita berada di JCPOA. Kami belum mengundurkan diri dari JCPOA. Kami tidak ingin menghancurkan JCPOA. Kami berkomitmen pada JCPOA. Pengurangan komitmen kami adalah sesuai dengan JCPOA," papar Rouhani.
"Jika Anda melanggar, jika Anda mengingkari perjanjian, Anda bertanggung jawab atas semua konsekuensi. Kami tidak bertanggung jawab atas konsekuensinya," ujarnya.
Rouhani mengatakan Iran bisa membalikkan langkahnya dari kepatuhan jika pihak lain tidak memenuhi kewajiban mereka.
Namun, kepala staf Rouhani, Mahmoud Vaezi, memperingatkan pada hari Rabu bahwa berhenti dari perjanjian nuklir adalah salah satu opsi Iran. Ancaman itu muncul setelah negara-negara Eropa mengisyaratkan bahwa mereka akan membawa pelanggaran perjanjian nuklir oleh Iran ke Dewan Keamanan PBB. Langkah itu dapat mengarah pada penerapan kembali sanksi PBB terhadap negara para Mullah tersebut.
"Telah dibahas bahwa ada kemungkinan beberapa orang dapat membawa file Iran ke Dewan Keamanan ...Jika ini terjadi, kami akan mengambil keputusan yang lebih keras, seperti meninggalkan kesepakatan nuklir," kata Vaezi.
Dia meminta kekuatan Eropa untuk menghindari kesalahan Amerika Serikat karena melanggar perjanjian nuklir bersejarah 2015 dengan negara-negara besar. Perjanjian nuklir multinasional 2015 itu bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
"Kami tidak pernah mencari senjata nuklir...Dengan atau tanpa kesepakatan nuklir, kami tidak akan pernah mencari senjata nuklir," kata Rouhani, seperti dikutip Reuters, Kamis (23/1/2020).
Rouhani mengatakan negaranya masih berkomitmen untuk mempertahankan perjanjian tersebut, tetapi memperingatkan bahwa setiap pelanggaran oleh penandatangan JCPOA akan memiliki konsekuensi. (Baca: Iran Peringatkan Eropa Tak Ikuti AS dengan Merusak Pakta Nuklir )
JCPOA diteken oleh Iran dan enam negara kekuatan dunia (Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China) tahun 2015. Perjanjian itu mengamanatkan Iran mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi. Namun, sejak Trump jadi presiden AS, Washington menarik diri secara sepihak dari perjanjian itu dan memulihkan sanksi yang merusak ekonomi Teheran.
"Saya memberi tahu negara-negara Eropa; kita berada di JCPOA. Kami belum mengundurkan diri dari JCPOA. Kami tidak ingin menghancurkan JCPOA. Kami berkomitmen pada JCPOA. Pengurangan komitmen kami adalah sesuai dengan JCPOA," papar Rouhani.
"Jika Anda melanggar, jika Anda mengingkari perjanjian, Anda bertanggung jawab atas semua konsekuensi. Kami tidak bertanggung jawab atas konsekuensinya," ujarnya.
Rouhani mengatakan Iran bisa membalikkan langkahnya dari kepatuhan jika pihak lain tidak memenuhi kewajiban mereka.
Namun, kepala staf Rouhani, Mahmoud Vaezi, memperingatkan pada hari Rabu bahwa berhenti dari perjanjian nuklir adalah salah satu opsi Iran. Ancaman itu muncul setelah negara-negara Eropa mengisyaratkan bahwa mereka akan membawa pelanggaran perjanjian nuklir oleh Iran ke Dewan Keamanan PBB. Langkah itu dapat mengarah pada penerapan kembali sanksi PBB terhadap negara para Mullah tersebut.
"Telah dibahas bahwa ada kemungkinan beberapa orang dapat membawa file Iran ke Dewan Keamanan ...Jika ini terjadi, kami akan mengambil keputusan yang lebih keras, seperti meninggalkan kesepakatan nuklir," kata Vaezi.
(mas)