Mengenal Pangkalan Udara Hmeimim, Pintu Kabur Bashar al-Assad ke Rusia Tanpa Diketahui Musuh-musuhnya
loading...
A
A
A
DAMASKUS - Rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah runtuh setelah menghadapi serangkaian pemberontakan yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al-Syam (HTS). Setelah Damaskus jatuh, Assad dilaporkan melarikan diri ke luar negeri bersama keluarganya.
Sejumlah media internasional menyebut Assad memilih Rusia sebagai tempat pelariannya. Selain karena kedekatannya dengan Presiden Vladimir Putin, Moskow juga disebutkan memberi Assad dan keluarganya suaka atas dasar kemanusiaan.
Hal menarik dari pelarian Assad adalah kepergiannya yang sangat cepat dan tidak terdeteksi musuh. Padahal, jika tertangkap oleh pemberontak, ia bisa saja langsung dibunuh tanpa belas kasihan.
Beberapa waktu berlalu, diketahui bahwa pelarian Assad ini dibantu oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Moscow Times melaporkan Lavrov memakai koneksinya agar Assad bisa kabur lewat pangkalan udara Hmeimim pada Minggu (8/12) dengan selamat.
Sebagai informasi, pangkalan udara Hmeimim berlokasi di provinsi Latakia, Suriah. Meski pangkalan tersebut dimiliki Suriah, operasi di sana sebagian besar dipegang oleh Rusia.
Pangkalan Hmeimim menjadi salah satu titik tumpu operasi militer Rusia di Suriah. Bulgarian Military bahkan menyebutnya sebagai pusat kampanye udara Rusia di Suriah dan aset vital untuk memproyeksikan kekuatan di seluruh Mediterania timur.
Melihat ke belakang, pangkalan ini didirikan pada 2015 sebagai bagian dari intervensi Rusia dalam Perang Saudara Suriah. Selama ini, pangkalan tersebut berperan penting dalam menjaga nasib rezim Bashar al-Assad di Damaskus.
Pangkalan Khmeimim tak hanya menjadi landasan peluncuran untuk serangan udara. Di sini, Rusia juga biasa meluncurkan misi seperti pengintaian dan operasi logistik sesuai kebutuhan dan arahan pimpinan.
Salah satu kelebihan mutlak dari pangkalan ini adalah letaknya yang strategis. Tidak hanya memudahkan respons cepat di kawasan terkait, tetapi juga memberi Rusia pijakan permanen di Mediterania timur dalam kepentingannya mengimbangi pengaruh NATO.
Sejumlah media internasional menyebut Assad memilih Rusia sebagai tempat pelariannya. Selain karena kedekatannya dengan Presiden Vladimir Putin, Moskow juga disebutkan memberi Assad dan keluarganya suaka atas dasar kemanusiaan.
Hal menarik dari pelarian Assad adalah kepergiannya yang sangat cepat dan tidak terdeteksi musuh. Padahal, jika tertangkap oleh pemberontak, ia bisa saja langsung dibunuh tanpa belas kasihan.
Beberapa waktu berlalu, diketahui bahwa pelarian Assad ini dibantu oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. Moscow Times melaporkan Lavrov memakai koneksinya agar Assad bisa kabur lewat pangkalan udara Hmeimim pada Minggu (8/12) dengan selamat.
Pangkalan Udara Hmeimim
Mendapati Damaskus yang tidak bisa lagi dipertahankan, Bashar al-Assad memutuskan untuk melarikan diri. Ia pergi ke Rusia melalui pangkalan udara Hmeimim pada Minggu (8/12) dengan transponder pesawat yang dimatikan guna menghindari pendeteksian radar.Sebagai informasi, pangkalan udara Hmeimim berlokasi di provinsi Latakia, Suriah. Meski pangkalan tersebut dimiliki Suriah, operasi di sana sebagian besar dipegang oleh Rusia.
Pangkalan Hmeimim menjadi salah satu titik tumpu operasi militer Rusia di Suriah. Bulgarian Military bahkan menyebutnya sebagai pusat kampanye udara Rusia di Suriah dan aset vital untuk memproyeksikan kekuatan di seluruh Mediterania timur.
Baca Juga
Melihat ke belakang, pangkalan ini didirikan pada 2015 sebagai bagian dari intervensi Rusia dalam Perang Saudara Suriah. Selama ini, pangkalan tersebut berperan penting dalam menjaga nasib rezim Bashar al-Assad di Damaskus.
Pangkalan Khmeimim tak hanya menjadi landasan peluncuran untuk serangan udara. Di sini, Rusia juga biasa meluncurkan misi seperti pengintaian dan operasi logistik sesuai kebutuhan dan arahan pimpinan.
Salah satu kelebihan mutlak dari pangkalan ini adalah letaknya yang strategis. Tidak hanya memudahkan respons cepat di kawasan terkait, tetapi juga memberi Rusia pijakan permanen di Mediterania timur dalam kepentingannya mengimbangi pengaruh NATO.