Pentagon Pertimbangkan Relokasi Pasukan AS dari Afrika ke Pasifik

Rabu, 15 Januari 2020 - 10:56 WIB
Pentagon Pertimbangkan Relokasi Pasukan AS dari Afrika ke Pasifik
Pentagon Pertimbangkan Relokasi Pasukan AS dari Afrika ke Pasifik
A A A
BRUSSELS - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan untuk mengambil langkah mundur dari operasi kontraterosimenya di Afrika dalam waktu dekat. Ini dilakukan karena militer AS mulai mengalihkan fokusnya ke wilayah Pasifik.

Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley mengatakan, penilaian kembali kehadiran pasukan AS di Afrika untuk meningkatkan kesipakan pasukan di benua Amerika atau Pasifik telah dibahas di Pentagon. Sejak menjabat tahun lalu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper telah vokal tentang kebutuhan militer untuk menggeser pasukan dari operasi kontraterorisme dan memusatkan perhatiannya pada Rusia, "penghasut agresi di Eropa," dan China.

"Kami sedang mengembangkan opsi untuk dipertimbangkan oleh menteri pertahanan, dan kami sedang mengembangkan opsi itu dalam koordinasi dengan sekutu dan mitra kami," kata Miley tak lama setelah tiba di Brussels, Belgia, untuk pembicaraan dengan NATO seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (15/1/2020).

Konfirmasi Milley atas pembicaraan ini terjadi hanya beberapa minggu setelah laporan yang mengutip sumber-sumber yang dekat dengan Pentagon menyarankan pengurangan pasukan AS di Afrika akan mencakup pengabaian pangkalan drone di Niger dan menghentikan bantuan militer kepada pasukan Prancis yang melakukan kampanye anti-teror di Mali, Burkina Faso dan Niger.

Mengomentari keinginan AS untuk mengurangi operasi penanggulangan teror di Afrika, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa ia berharap ia dapat membuat Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan kembali penarikan pasukan dari Afrika Barat.

"Jika Amerika memutuskan untuk meninggalkan Afrika, itu akan menjadi berita buruk bagi kami. Saya berharap dapat meyakinkan Presiden Trump bahwa perang melawan terorisme juga terjadi di kawasan ini," ujar Macron dalam pertemuan puncak di Pau, Prancis, dengan para pemimpin dari Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania dan Niger - juga dikenal sebagai G5 Sahel awal pekan ini.

Macron juga mengumumkan pada pertemuan itu bahwa ia akan menggunakan kemampuan tempur tambahan dan mengirim total 220 pasukan tambahan untuk memerangi teroris di wilayah Sahara Besar.

Awal bulan ini, Komando Afrika AS mengumumkan bahwa pasukan tambahan telah dikirim ke Afrika Timur setelah serangan di sebuah pangkalan AS di Kenya oleh teroris al-Shabaab pada 5 Januari lalu. Serangan itu menewaskan seorang tentara dan dua kontraktor pertahanan AS.

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Pusat Studi Strategis Afrika yang berbasis di AS tahun lalu menemukan bahwa meskipun militer AS meningkatkan kekuatan kontrateror di Afrika, kekerasan terkait teror telah meningkat, dan aktivitas kelompok militan di benua itu telah berlipat ganda sejak 2012.

Penelitian tersebut mencatat bahwa walaupun ada lima kelompok militan aktif yang beroperasi di Afrika pada 2010, sejak itu jumlah tersebut membengkak menjadi sekitar dua lusin kelompok yang aktif - banyak di antaranya melakukan serangan reguler di 13 negara Afrika.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5016 seconds (0.1#10.140)