Blokade Israel Hancurkan Budidaya Bunga di Gaza

Senin, 13 Januari 2020 - 03:00 WIB
Blokade Israel Hancurkan Budidaya Bunga di Gaza
Blokade Israel Hancurkan Budidaya Bunga di Gaza
A A A
GAZA - Budidaya bunga di Gaza, Palestina berada di ambang kepunahan. Ini karena blokade Israel yang sudah berlangsung selama enam tahun dan juga adanya larangan ekspor, yang telah mendorong puluhan petani untuk beralih ke tanaman lain yang lebih populer.

Meski demikian, masih ada warga Gaza yang tetap menekuni bidang ini. Ghazi Hijazi (62) adalah pemilik perkebunan bunga terbesar di Gaza. Ia merupakan salah satu dari sedikit petani yang masih bertahan pada budidaya bunga sejak memulainya pada tahun 1991.

Terlepas dari kesetiaannya pada bidang pertanian ini, Hijazi terpaksa mengurangi luas lahan yang dia kelola, dari empat hektar, menjadi satu hektar. Dia menghadapi banyak kendala untuk menjual produknya di pasar lokal, termasuk mengurangi tenaga kerjanya dari 40 menjadi tiga orang.

"Karena pembatasan yang diberlakukan oleh Israel pada ekspor dari Gaza, pemasaran terbatas pada pasar lokal, yang tidak sebanding dengan apa yang dicapai oleh ekspor ke Belanda dan pasar Eropa," katanya, seperti dilansir Arab News.

Hijazi mengingat tahun-tahun yang makmur dan terbuka sebelum pengenaan blokade Israel di Jalur Gaza, menyusul kemenangan Hamas dalam pemilihan legislatif kedua pada awal 2006.

"Bunga-bunga dari Gaza adalah yang kedua setelah Belanda dalam hal kualitas. Israel telah membuat kami kehilangan reputasi internasional atas kualitas bunga kami," ungkapnya.

Dia menekankan bahwa bunga-bunga Gaza mempertahankan statusnya sebagai salah satu yang terbaik di Belanda tahun 1998 hingga 2013. Tetapi, setelah Israel memperketat pembatasan atas produk-produk dari Gaza, status ini terus menurun.

Data Kementerian Pertanian Palestina menunjukkan bahwa petani Gaza sempat mengekspor sekitar 60 juta bunga setiap tahun ke Eropa, tetapi mereka hanya mengekspor 5 juta bunga pada 2012, sebelum ekspor berhenti sepenuhnya setelah perang Israel-Hamas ketiga di Gaza pada 2014.

Hijazi menjelaskan bahwa ekspor benar-benar berhenti selama enam tahun terakhir, tetapi sebelum itu para petani menghadapi hambatan besar, yang mempengaruhi pengiriman ke Belanda karena inspeksi Israel yang kompleks.

Hijazi mengatakan bahwa puluhan petani yang memiliki pengalaman panjang, tidak dapat mentolerir kenyataan pahit yang dihasilkan dari kondisi blokade, dan harus melibas pertanian mereka, dan beralih untuk menanam tanaman lain.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3598 seconds (0.1#10.140)