Bloomberg Billionaires Index: 2019, Banyak Miliarder Alami Kerugian

Selasa, 07 Januari 2020 - 06:39 WIB
Bloomberg Billionaires Index: 2019, Banyak Miliarder Alami Kerugian
Bloomberg Billionaires Index: 2019, Banyak Miliarder Alami Kerugian
A A A
NEW YORK - Hanya 52 dari 500 miliarder di dunia yang mengalami kerugian pada 2019 dalam analisis Bloomberg Billionaires Index (BBI). Umumnya, kerugian itu disebabkan oleh salah investasi, perceraian, hingga penurunan saham.

Kerugian besar dialami Rupert Murdoch pada akhir tahun lalu sebesar USD10,2 miliar (Rp142 triliun). Dalam Bloomberg Billionaires Index menempatkan Murdoch pada urutan 220 dengan kekayaan USD7,8 miliar. Executive chairman New Corp itu mengalami kerugian setelah Disney membeli 21st Century Fox. Penurunan kekayaannya juga setelah dia membagikan USD12 miliar kepada enam anaknya.

Kerugian yang dialami Murdoch bukan tahun lalu saja. Sebelumnya, pada 2018, dia juga mengalami kerugian USD1,4 miliar meskipun iklim perusahaannya tetap positif. Itu dilakukan karena New Corp terus melakukan restrukturisasi dalam bisnisnya. Mereka membangun fondasi global dan digital yang kuat sehingga masa depan perusahaan Murdoch tetap terjaga.

Pada 2017 Murdoch juga mengalami kerugian hingga USD817 juta karena penurunan penjualan koran di Inggris dan Australia. Kendati demikian, Newx Corp tetap yakini industri media tetap akan bertahan dengan mengandalkan berita yang terverifikasi di tengah banyak berita bohong yang beredar di media sosial.

Kerugian paling dirasakan oleh Jeff Bezos. Dia mengalami kerugian senilai USD8,7 miliar (Rp121 triliun) setelah memberikan 4% sahamnya di Amazon senilai USD37 miliar kepada mantan istrinya, MacKenzie Bezos, sebagai bagian dari pembagian harta setelah perceraian. Pendiri e-commerce raksasa itu kini hanya memiliki kekayaan USD116 miliar.

Perceraian MacKenzie dan Bezos menjadikan MacKenzie sebagai miliarder baru dan menempati peringkat ke-25 dalam indeks Bloomberg dengan nilai kekayaan USD37,1 miliar. Dia juga menjadi orang terkaya kelima dalam daftar tersebut. Perpecahan kekayaan Bezos dan Amazon memang menjadi perkembangan finansial paling signifikan pada 2019.

Transfer kekayaan senilai USD37,1 miliar antara Bezos kepada mantan istrinya itu memang sedikit lebih besar dibandingkan produk domestik bruto Latvia sebesar USD35,1 triliun. Padahal, Latvia merupakan negara di Eropa Timur dengan 1,9 penduduk.

Selanjutnya, Hui Ka Yan, merupakan chairman dan pemilik saham terbesar Evergrande, satu di antara pengembang properti terbesar di China. Kekayaannya turun hingga USD30 miliar sehingga menjadikan dia duduk pada posisi ke-32 orang terkaya. Itu disebabkan saham Evergrande turun hingga 8% pada 2019.

Evergrande mendapatkan tekanan dari pemilik lahan China karena tidak memiliki niat baik untuk membayar proyek properti. Namun, legislator di China mengabaikan aturan baru yang didesain untuk menghalangi spekulasi tersebut.

Menarik, ada miliarder dari Indonesia, Tan Siok Tjien, dan keluarganya yang menguasai 75% saham Gudang Garam, mengalami kerugian hingga USD2,2 miliar. Itu disebabkan oleh pasar domestik rokok di Indonesia mengalami penurunan 20%. Selain itu, saham Gudang Garam juga menurun 37% sepanjang 2019 dan menyebabkan kekayaannya menurun USD7,8 miliar.

Kemudian, Robin Li, pendiri situs pencarian internet Baidu, mengalami penurunan kekayaannya hingga USD9,2 miliar pada 2019. Itu disebabkan saham Baidu mengalami penurunan akibat pelambatan ekonomi China dan perang dagang Washington-Beijing. Itu menyebabkan penurunan iklan.

Thomas Peterffy, pendiri dan chairman Interative Brokers, satu di antara platform perdagangan elektronik terbesar di Amerika Serikat, mengalami penurunan kekayaan. Itu disebabkan saham Interactiver Broker menurun 12% pada 2019 karena kompetisi yang semakin ketat. Kekayaan Peterffy menurun USD15,3 miliar, namun dia masih menjadi satu di antara orang terkaya dalam versi Bloomberg.

Harold Hamm merupakan chairman dan mantan CEO Continental Resources, satu di antara perusahaan tambang minyak dan gas di AS. Saham Continental mengalami penurunan 15% sepanjang 2019 akibat pelemahan penjualan minyak dan gas. Itu menjadikan pendapatan dan keuntungan perusahaan juga mengalami penurunan.

George Kaiser merupakan chairman dan pemilik saham mayoritas BOK Financial, satu di antara bak terbesar di Oklahoma. Dia merupakan pendiri Argonaut Private Equity, dan pemilik Kaiser-Francis Oil. Kekayaan mengalami penurunan USD8,6 miliar pada 2019.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5395 seconds (0.1#10.140)