Panglima Militer Tekan Netanyahu Gencatan Senjata di Gaza, Frustrasi Tentara Israel Berjatuhan

Senin, 04 November 2024 - 08:50 WIB
loading...
Panglima Militer Tekan...
Panglima Militer Letnan Jenderal Herzi Halevi dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant menekan PM Israel Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon. Foto/Haim Zach/GPO
A A A
TEL AVIV - Panglima Militer Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant telah memberikan tekanan lebih besar kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.

Mengutip laporan Jerusalem Post, Senin (4/11/2024), jenderal Israel tersebut ingin segera mencapai gencatan senjata karena yakin tidak banyak yang dapat dicapai secara militer dan frustrasi dengan jatuhnya korban jiwa dari para prajurit Zionis setiap hari.

Surat kabar tersebut mengungkapkan bahwa tekanan besar Halevi dan Gallant terhadap Netanyahu juga bertujuan untuk memulangkan 101 tawanan sandera Israel yang ditawan Hamas dan sekutunya di Gaza melalui kesepakatan gencatan senjata.



Laporan media Zionis itu menunjukkan bahwa dalam pidato yang disampaikan pada hari Kamis di sebuah upacara wisuda perwira, kedua pejabat militer senior tersebut mendesak: "Waktu sangat penting untuk memulangkan para sandera, yang sekarang disetujui oleh sebagian besar pejabat hanya akan terjadi, jika memang terjadi, melalui semacam kesepakatan dengan Hamas."

Tekanan besar itu muncul ketika Army Radio Israel mengonfirmasi tewasnya 87 warga Israel pada bulan Oktober, termasuk 64 perwira, prajurit, dan personel keamanan, serta 23 warga sipil.

Army Radio juga mencatat bahwa para korban tewas telah tewas di berbagai medan perang akibat tembakan antirudal, rentetan roket, bentrokan atau konfrontasi, dan operasi di medan perang.

Tentara pendudukan Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat dan Eropa, melanjutkan serangannya di Jalur Gaza untuk tahun kedua, sementara pesawatnya mengebom rumah sakit, gedung, dan rumah warga sipil Palestina, menghancurkannya di atas kepala penduduknya.

Pasukan pendudukan juga mencegah masuknya bantuan air, makanan, obat-obatan, dan bahan bakar ke Gaza.

Agresi tersebut telah menewaskan dan melukai sekitar 145.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.

Lebih dari 10.000 orang diyakini hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan dalam salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1789 seconds (0.1#10.140)