Korea Utara Bersiap Ledakkan Jalan-jalan Menuju Korea Selatan
loading...
A
A
A
PYONGYANG - Korea Utara (Korut) tampaknya bersiap memenuhi ancamannya untuk menutup jalan menuju Korea Selatan (Korsel), menurut militer di Seoul.
Tentara Rakyat Korea Utara (KPA) mengumumkan pekan lalu bahwa mereka akan "memisahkan sepenuhnya" kedua wilayah dan "membentengi area yang relevan di pihak kami" sebagai tanggapan terhadap "situasi militer yang akut" di semenanjung.
Pernyataan Korut itu mengacu pada latihan militer gabungan Amerika Serikat (AS)-Korea Selatan dan kunjungan pesawat berkemampuan nuklir AS ke wilayah tersebut.
"Menyusul pengumuman oleh KPA pada 9 Oktober, militer Korea Utara telah melakukan aktivitas yang diasumsikan terkait dengan ledakan di jalan-jalan di sepanjang jalur Gyeongui dan Donghae," ujar Kepala Staf Gabungan pada Senin (14/10/2024), seperti dikutip kantor berita Yonhap.
“Militer Korea Selatan memperkirakan ledakan akan terjadi paling cepat pada Senin,” juru bicara Kolonel Lee Sung-jun menyatakan dalam pengarahan.
Ada beberapa jalan dan rel kereta api yang menghubungkan bagian-bagian Semenanjung Korea yang bersaing.
Selama periode pencairan di era mantan Presiden liberal Moon Jae-in, dia dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sepakat pada April 2018 untuk memodernisasi koneksi kereta api.
Sejak politisi konservatif Yoon Suk-yeol terpilih sebagai presiden pada tahun 2022, hubungan Seoul dengan Pyongyang memburuk.
Kim mengumumkan perubahan kebijakan besar tahun lalu, ketika dia mendefinisikan ulang Korea Selatan sebagai negara yang bermusuhan, bukan lagi bagian Korea yang diduduki sementara.
Secara praktis, ini berarti Pyongyang tidak lagi mengupayakan penyatuan negara, yang terpecah setelah perang saudara tahun 1950-an dan intervensi internasional yang dipimpin AS.
Pekan lalu, Pyongyang menuduh Seoul mengirim pesawat tanpa awak ke wilayah udaranya dan memperingatkan militernya bersiap melepaskan tembakan jika insiden serupa terjadi lagi.
Pesawat robotik itu dilaporkan menjatuhkan selebaran propaganda pada tiga kesempatan terpisah bulan ini, termasuk hari Jumat.
Seoul tidak mengonfirmasi atau membantah penerjunan udara tersebut, yang dilaporkan sebagai tanggapan terhadap balon yang membawa sampah melintasi perbatasan dari Korea Utara.
Kelompok-kelompok di Selatan telah menggunakan perangkat tiup serupa untuk menyampaikan pesan propaganda dan barang selundupan lainnya selama bertahun-tahun, yang mendorong Pyongyang untuk mengadopsi taktik yang sama.
Tentara Rakyat Korea Utara (KPA) mengumumkan pekan lalu bahwa mereka akan "memisahkan sepenuhnya" kedua wilayah dan "membentengi area yang relevan di pihak kami" sebagai tanggapan terhadap "situasi militer yang akut" di semenanjung.
Pernyataan Korut itu mengacu pada latihan militer gabungan Amerika Serikat (AS)-Korea Selatan dan kunjungan pesawat berkemampuan nuklir AS ke wilayah tersebut.
"Menyusul pengumuman oleh KPA pada 9 Oktober, militer Korea Utara telah melakukan aktivitas yang diasumsikan terkait dengan ledakan di jalan-jalan di sepanjang jalur Gyeongui dan Donghae," ujar Kepala Staf Gabungan pada Senin (14/10/2024), seperti dikutip kantor berita Yonhap.
“Militer Korea Selatan memperkirakan ledakan akan terjadi paling cepat pada Senin,” juru bicara Kolonel Lee Sung-jun menyatakan dalam pengarahan.
Ada beberapa jalan dan rel kereta api yang menghubungkan bagian-bagian Semenanjung Korea yang bersaing.
Selama periode pencairan di era mantan Presiden liberal Moon Jae-in, dia dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sepakat pada April 2018 untuk memodernisasi koneksi kereta api.
Sejak politisi konservatif Yoon Suk-yeol terpilih sebagai presiden pada tahun 2022, hubungan Seoul dengan Pyongyang memburuk.
Kim mengumumkan perubahan kebijakan besar tahun lalu, ketika dia mendefinisikan ulang Korea Selatan sebagai negara yang bermusuhan, bukan lagi bagian Korea yang diduduki sementara.
Secara praktis, ini berarti Pyongyang tidak lagi mengupayakan penyatuan negara, yang terpecah setelah perang saudara tahun 1950-an dan intervensi internasional yang dipimpin AS.
Pekan lalu, Pyongyang menuduh Seoul mengirim pesawat tanpa awak ke wilayah udaranya dan memperingatkan militernya bersiap melepaskan tembakan jika insiden serupa terjadi lagi.
Pesawat robotik itu dilaporkan menjatuhkan selebaran propaganda pada tiga kesempatan terpisah bulan ini, termasuk hari Jumat.
Seoul tidak mengonfirmasi atau membantah penerjunan udara tersebut, yang dilaporkan sebagai tanggapan terhadap balon yang membawa sampah melintasi perbatasan dari Korea Utara.
Kelompok-kelompok di Selatan telah menggunakan perangkat tiup serupa untuk menyampaikan pesan propaganda dan barang selundupan lainnya selama bertahun-tahun, yang mendorong Pyongyang untuk mengadopsi taktik yang sama.
(sya)