Pasukan Penjinak Bom Pakistan, Berteman dengan Maut

Minggu, 15 Desember 2019 - 12:58 WIB
Pasukan Penjinak Bom Pakistan, Berteman dengan Maut
Pasukan Penjinak Bom Pakistan, Berteman dengan Maut
A A A
ISLAMABAD - Pakistan adalah salah satu negara yang berkutat dengan kelompok milisi, di mana serangan bom kerap mewarnai keseharian warga di beberapa wilayah di Pakistan. Dengan tingginya angka serangan bom, menjadikan sosok penjinak bom menjadi krusial untuk mencegah jatuhnya korban, khususnya dari warga sipil.

Setiap kali telepon berdering di kantor penjinak bom Pakistan, itu berita buruk. Bisa jadi telepon itu mengabarkan kalau perangkat peledak improvisasi (IED) telah ditemukan, atau lebih buruk lagi, telah meledak.

Pesan berderak disampaikan melalui walkie-talkie di provinsi Khyber Pakhtunkhwa Pakistan (KPK) dan personel dari Unit Penjinak Bom KPK (BDU) mulai beraksi. Menghadapi perangkat jebakan dan serangan yang ditargetkan, tim yang terdiri dari 34 orang, mempertaruhkan hidup mereka untuk membuat wilayah mereka lebih aman.

Bahaya yang mereka hadapi diperburuk oleh kekurangan dana dan kurangnya peralatan. Unit ini hampir sepenuhnya bergantung pada sumbangan internasional. Berbatasan dengan Afghanistan dan Wilayah Kesukuan yang Diatur Pemerintah Federal (FATA), KPK adalah salah satu daerah yang paling sering menjadi sasaran kelompok bersenjata di Pakistan, dengan 2.165 kematian warga sipil akibat serangan antara 2011 hingga Maret 2018.

Komandan BDU, Shafqat Malik, seperti dilansir Al Jazeera, telah bertugas menjinakan bom sejak tahun 2009. Setiap tahun, dia berjanji kepada keluarganya bahwa dia akan pensiun, namun sejauh ini dia selalu mengingkari janjinya.

"Saya telah membahayakan kehidupan keluarga saya, dan sekarang saya sudah mulai merasakannya. Tetapi, saya tidak ingin keluarga saya tinggal di sini. Mereka tinggal di kota yang berbeda, karena ini adalah zona perang.," ucapnya.

"Pada awal 2000-an, banyak kelompok bersenjata mulai beroperasi di sini, di provinsi KPK. Kami berada di gerbang zona perang. Setelah serangan 9/11, Amerika Serikat (AS) memulai 'perang melawan terorisme'. Pasukan NATO dan pasukan internasional mulai bertempur di Afghanistan, dan Pakistan menjadi mitra koalisi dengan mereka. Jadi, para teroris mulai memperlakukan pasukan keamanan Pakistan sebagai musuh mereka," sambungnya.

Dia menuturkan, kelompok bersenjata ini memiliki tujuan untuk menebar ketakutan, melalui serangan, baik serangan bersenjata atau dengan IED. Dengan hanya bermodalkan 34 pria, Malik mengatakan, dia dan timnya harus berjuang keras untuk memastikan tujuan itu tidak tercapai.

"Kita harus menggagalkan misi mereka. Mereka berusaha untuk melemahkan semangat kita, tetapi syukurlah kita tidak akan kehilangan semangat. Unit kita masih berdiri dan akan selalu berdiri di sini, di medan perang ini dengan orang-orang," jelas Malik.

"Hanya mereka yang ingin melayani rakyatnya yang akan bekerja untuk unit pembuangan bom. Nabi Muhammad berkhotbah, bahwa ketika Anda menyelamatkan satu orang, Anda menyelamatkan seluruh umat manusia. Apa yang bisa menjadi kontribusi lebih besar dari itu? Selama ada kemiskinan dan ketidakberdayaan dan ada daerah berkembang biak tersedia, teroris akan terus direkrut. Saya tidak melihat peluang terorisme berkurang dalam 10 tahun ke depan. Kontra terorisme adalah jalan yang panjang, itu tidak akan selesai kapan saja segera," paparnya.

Malik kemudian mengatakan, sejauh ini sudah ada 15 anggota timnya yang terbunuh. "Saya tidak bisa berurusan dengan kehilangan salah satu dari anak buah saya. Sekarang jika seseorang (terbunuh), saya akan meninggalkan unit ini," tukasnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4136 seconds (0.1#10.140)