Demonstran Hong Kong Terpecah

Jum'at, 15 November 2019 - 23:25 WIB
Demonstran Hong Kong Terpecah
Demonstran Hong Kong Terpecah
A A A
HONG KONG - Pengunjuk rasa pro demokrasi Hong Kong sebagian membuka blokir jalan raya utama dan kemudian memblokirnya lagi selama jam sibuk malam hari. Situasi ini memperlihatkan perpecahan dalam sebuah gerakan yang tidak memiliki pemimpin dalam kerusuhan yang sering disertai dengan kekerasan selam beberapa bulan terakhir.

Aktivis menutup akses jalan raya Tolo pada minggu ini. Mereka terlibat bentrok dengan polisi dan melemparkan puing-puing dan bom bensin di jalan yang menghubungkan sebagian besar New Territories yang sebagian besar pedesaan dengan semenanjung Kowloon di selatan.

Demonstran juga mengubah kampus Universitas China dan beberapa universitas lain menjadi benteng, ditimbun dengan bom bensin dan busur serta panah, di tengah beberapa aksi kekerasan terburuk di bekas koloni Inggris itu dalam beberapa dekade.

Tetapi banyak pengunjuk rasa kemudian meninggalkan Universitas China setelah beberapa dari mereka mengizinkan pembukaan kembali sebagian jalan raya pada hari Jumat (15/11/2019). Aksi ini mengejutkan demonstran lainnya.

“Saya kecewa dengan keputusan untuk membuka kembali jalan raya Tolo dan itu bukan konsensus kami,” ucap seorang siswa yang menyebut namanya Cheung (18) kepada Reuters.

“Saya tertidur ketika mereka mengadakan pertemuan tertutup. Saya khawatir dan takut setelah saya menyadari apa yang terjadi dan sebagian besar pengunjuk rasa telah pergi. Saya khawatir polisi akan masuk lagi karena hanya sedikit orang yang tersisa. Beberapa pengunjuk rasa dari luar sudah terlalu jauh,” tuturnya.

Sebagian besar pengunjuk rasa telah pergi menjelang malam tetapi jalan tetap ditutup.

Sementara itu Cross-Harbor Tunnel, di luar Universitas Politeknik yang dibarikade di mana para pemrotes telah berlatih menembakkan panah dan busur serta melemparkan bom bensin di kolam renang yang setengah kosong, tetap tertutup.

Para pelajar dan pengunjuk rasa telah memblokade setidaknya lima kampus di kota yang dikuasai China itu. Polisi juga telah menjaga jarak mereka dari kampus selama lebih dari dua hari. Pihak kepolisian mengatakan kedua belah pihak harus tenang, tetapi banyak pengamat takut apa yang akan terjadi jika dan ketika mereka pindah.

Para aktivis juga berkumpul di Jalan Nathan di distrik Kowloon, Mong Kok, tempat yang sering dilanda protes, dengan batu bata dan membakar barikade jalanan.

Aksi demonstrasi dengan kekerasan di Hong Kong pada minggu ini telah berkembang menjadi intensifikasi yang nyata dari kekerasan.

Seorang petugas kebersihan jalan berusia 70 tahun meninggal pada hari Kamis setelah kepalanya terhantam batu bata yang menurut polisi dilempar oleh perusuh bertopeng. Pada hari Senin, polisi menuduh perusuh telah menyiram bensin dan membakar seorang pria. Korban kini dalam kondisi kritis.

Pada hari yang sama, polisi menembak seorang pengunjuk rasa di perut. Dia dalam kondisi stabil.

"Kita tidak bisa lagi mengatakan Hong Kong adalah kota yang aman," kata Sekretaris Pertama Administrasi Matthew Cheung.

Para pengunjuk rasa marah karena menganggap China ikut campur terhadap kebijakan di kota itu sejak kembali ke pemerintahan Beijing pada tahun 1997 di bawah formula "satu negara, dua sistem" yang menjamis kebebasannya di era kolonial. Tuntutan para demonstran termasuk demokrasi penuh dan investigasi independen terhada kebrutalan polisi.

China membantah telah ikut campur dan malah menuduh negara-negara Barat karena menimbulkan masalah di pusat keuangan Asia itu.

Sementara pihak polisi Hong Kong mengatakan mereka menahan diri dalam menghadapi serangan yang berpotensi mematikan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3867 seconds (0.1#10.140)