Rusia Disebut Peroleh Rudal Pencegat David's Sling, Israel Bisa Gugup

Kamis, 07 November 2019 - 07:39 WIB
Rusia Disebut Peroleh Rudal Pencegat Davids Sling, Israel Bisa Gugup
Rusia Disebut Peroleh Rudal Pencegat David's Sling, Israel Bisa Gugup
A A A
TEL AVIV - Militer Rusia dilaporkan telah memperoleh satu rudal pencegat dari sistem pertahanan udara David's Sling , salah satu sistem pertahanan paling canggih Israel. Para pakar mengatakan rezim Zionis bisa gugup jika laporan itu benar, karena Moskow bisa berbagi data intelijen dengan musuh-musuh Israel dan Amerika Serikat (AS) seperti Iran.

Militer Rusia dilaporkan memperoleh rudal itu pada Juli 2018, ketika Israel menembakkannya terhadap rudal-rudal Suriah buatan Rusia yang dikira terbang ke negara Yahudi tersebut. Dari dua misil pencegat yang ditembakkan sistem David's Sling, satu diledakkan sendiri oleh Angkatan Udara Israel ketika menjadi jelas bahwa senjata-senjata Suriah tidak menembus perbatasan Israel.

Satu rudal pencegat lainnya dilaporkan mendarat utuh di Suriah, tempat, seperti dilaporkan kantor berita China; SINA hari Sabtu bahwa rudal itu diambil oleh pasukan Suriah dan diserahkan ke Rusia. (Baca: Rudal Pencegat David's Sling Israel Dilaporkan Jatuh ke Tangan Rusia )

David's Sling adalah sistem pertahanan anti-rudal jarak menengah yang dibangun oleh perusahaan Israel Rafael Advanced Defense Systems dan perusahaan AS Raytheon sebagai pengganti sistem pertahanan Patriot.

Israel pertama kali memperoleh sistem David's Sling pada 2017; dan pada Juli 2018 digunakan secara operasional untuk pertama kalinya. Rudal pencegat yang ditembakkan sistem itu diketahui bernama misil Stunner.

"Ini tentu saja memprihatinkan. Jika saya berada di Rafael, saya akan gugup sekarang," katra Ian Williams, wakil direktur Proyek Pertahanan Rudal di Pusat Studi Internasional Strategis, kepada Business Insider, Kamis (7/11/2019).

Kekhawatiran itu, kata Williams, bukan karena Rusia akan menghasilkan salinan sistem itu untuk penggunaannya sendiri seperti yang dilakukan oleh negara-negara lain. "Jika Iran menangkap hal ini, kita akan melihat sistem yang sama dua tahun dari sekarang," ujarnya. (Baca juga: Rusia Dapat Meniru Sistem Anti-Pesawat Israel )

Tetapi jika Rusia benar-benar menguasai rudal Stunner, Moskow dapat mempelajari teknologinya dan mencari cara untuk mengalahkan sistem David's Sling, yang akan menjadi masalah besar bagi negara-negara seperti Polandia, di mana rezim Zionis berusaha menjual sistem tersebut dan belum lagi bagi Israel sendiri.

"Jika saya adalah Israel, kekhawatiran utama saya adalah jika Rusia bisa mendapatkan (data) intelijen untuk mengalahkan (rudal) pencegat untuk Iran," kata Williams.

Dmitry Stefanovich, pakar Dewan Urusan Internasional Rusia dan salah satu pendiri proyek Vatfor, mengatakan kepada Business Insider bahwa Rusia juga berpotensi menggunakan rudal pencegat itu untuk memperbaiki sistemnya sendiri, baik ofensif dan defensif.

“Dalam hal pencegat pertahanan udara, mereka tidak membungkuk sendiri, mereka memiliki pencegat yang cukup canggih, sangat canggih,” kata Williams, merujuk pada sistem S-300, S-400, dan S-500.

SINA juga melaporkan bahwa Amerika Serikat dan Israel meminta Rusia mengembalikan rudal pencegat tersebut ke Israel. Namun, upaya itu tidak berhasil. Baik Rusia maupun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak mengonfirmasi laporan mengenai rudal pencegat Stunner yang jatuh ke tangan Moskow.

"Saya tidak tahu apakah itu benar," kata Brigadir Jenderal (purn) Zvika Haimovitch, mantan Komandan Divisi Pertahanan Udara Zionis kepada The Jerusalem Post soal laporan media China.

Namun dia menekankan bahwa Israel selalu menganggap musuh-musuhnya berusaha mendapatkan informasi sensitif. “Saya pikir kita harus selalu khawatir dan khawatir tentang rahasia dan informasi kita dan data kita bahwa musuh kita bisa mendapatkannya. Saya berasumsi bahwa musuh kita selalu mencari data yang sangat sensitif dan tentang kemampuan dan kesenjangan serta kegagalan kita. Itu bagian dari cara yang perlu kita pikirkan, bahwa musuh kita selalu berusaha untuk mendapatkan informasi sensitif ini," paparnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4030 seconds (0.1#10.140)