Tokoh AS Raih Nobel Ekonomi Berkat Riset soal SD Inpres Indonesia

Selasa, 15 Oktober 2019 - 23:07 WIB
Tokoh AS Raih Nobel Ekonomi Berkat Riset soal SD Inpres Indonesia
Tokoh AS Raih Nobel Ekonomi Berkat Riset soal SD Inpres Indonesia
A A A
JAKARTA - Tiga tokoh Amerika Serikat (AS), Abhijit Banerjee, Esther Duflo dan Michael Kremer, meraih hadiah Nobel di bidang ekonomi. Hadiah ini merupakan penghargaan tertinggi atas riset mereka perihal kemiskinan global.

Hadiah Nobel Ekonomi diberikan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia (Royal Swedish Academy of Science/RSAS).

Mengutip The Guardian, Senin (14/10/2019), Kremer bekerja di Universitas Harvard. Sedangkan Duflo dan suaminya; Banerjee, sama-sama bekerja di Institut Teknologi Massachusetts (MIT) California, AS. Duflo dan Banerjee mengatakan timnya fokus meneliti dan memahami akar kemiskinan yang terkubur begitu dalam dan terkoneksi.

Ketiga tokoh itu fokus pada isu-isu khusus, termasuk pendidikan untuk masyarakat miskin. Salah satu contohnya adalah mereka memikirkan cara menggencarkan sekolah di wilayah-wilayah miskin. (Baca: Ini 3 Tokoh Peneliti Kemiskinan Peraih Nobel Ekonomi )

Dari ketiga tokoh itu ada satu yang memiliki keterkaitan dengan Indonesia dalam risetnya. Dia adalah Esther Duflo, 46. Tokoh perempuan ini meneliti perihal sekolah dasar (SD) inpres di Indonesia.

Sekadar diketahui, SD Inpres merupakan proyek rezim Orde Baru atau era Presiden Soeharto. Proyek itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar. Pembentukan SD Inpres berpayung hukum pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD.

Hasil riset Duflo tentang SD Inpres di Indonesia diterebitkan pada Agustus tahun 2000. Judul riset tokoh Amerika ini adalah "schooling and labor market consequences of school construction in Indonesia: evidence from an unusual policy experiment (konsekuensi sekolah dan pasar tenaga kerja dari pembangunan sekolah di Indonesia: bukti dari eksperimen kebijakan yang tidak biasa).

Duflo, alam abstraksi penelitiannya mengatakan bahwa risetnya berbasis pada fakta di Indonesia tahun 1973 dan 1978. Pada tahun-tahun tersebut Indonesia membangun lebih dari 61.000 sekolah dasar.

Dia menganalisa dampak dari program rezim Orde Baru itu pada pendidikan dan upah. Dalam analisanya, Duflo menggabungkan perbedaan antardaerah dalam jumlah sekolah yang dibangun dengan perbedaan antarkelompok yang disebabkan oleh waktu program.

Penelitian Duflo menunjukkan bahwa pembangunan SD Inpres menyebabkan peningkatan pendidikan dan pendapatan. Menurut data risetnya, anak-anak usia dua hingga enam tahun pada 1974 telah menerima 0,12 hingga 0,19 tahun lebih banyak pendidikan, untuk setiap sekolah yang dibangun per 1.000 anak di wilayah kelahiran mereka.

Menggunakan variasi dalam pendidikan yang dihasilkan oleh kebijakan ini sebagai variabel instrumen untuk dampak pendidikan terhadap upah menghasilkan estimasi pengembalian ekonomi untuk pendidikan yang berjalan dari 6,8 persen menjadi 10,6 persen.

Selain SD Inpres, hasil kebijakan rezim Orde Baru kala itu adalah Sekolah Pamong. SD Inpres dan Sekolah Pamong berhasil membantu jutaan anak-anak di seluruh Indonesia untuk mengenyam pendidikan dasar dengan biaya murah sekaligus merata di seluruh negeri.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3733 seconds (0.1#10.140)