Peringatan 70 Tahun Berdirinya RRC, Taiwan Sebut Beijing Diktator

Selasa, 01 Oktober 2019 - 14:52 WIB
Peringatan 70 Tahun Berdirinya RRC, Taiwan Sebut Beijing Diktator
Peringatan 70 Tahun Berdirinya RRC, Taiwan Sebut Beijing Diktator
A A A
TAIPEI - Pemerintah Taiwan mengutuk kediktatoran China pada peringatan ke-70 berdirinya Republik Rakyat China (RRC). Taiwan mengatakan China merupakan ancaman bagi perdamaian dunia dan berusaha mencari alasan untuk melakukan ekspansi militer.

Pasukan Nasionalis yang kalah dalam perang saudara dengan Komunis melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949. China mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai wilayahnya, dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawanya di bawah kendali Beijing.

Berpidato di depan parade militer besar-besaran di Beijing, Presiden Xi Jinping mengatakan China akan mempromosikan pembangunan hubungan yang damai dengan Taiwan dan terus berusaha untuk reunifikasi penuh.

Menanggapi pernyataan Jinping, Dewan Urusan Daratan Taiwan mengatakan tidak akan pernah menerima model satu negara, dua sistem. Model pemerintah yang diterapkan di Hong Kong dan Makau ini dianggap China sebagai cara terbaik untuk mendapatkan Taiwan.

"Partai Komunis China telah bertahan dengan kediktatoran satu partai selama 70 tahun, sebuah konsep tata kelola yang melanggar nilai-nilai demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia, yang menyebabkan risiko dan tantangan bagi pengembangan daratan Cina," katanya.

"Teriakannya tentang perjuangan untuk persatuan, peremajaan dan penyatuan besar hanya alasan untuk ekspansi militer, yang secara serius mengancam perdamaian regional dan demokrasi dan peradaban dunia," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (1/10/2019).

Dewan Urusan Daratan Taiwan mengatakan Taipei telah menjadi negara demokrasi selama lebih dari 30 tahun, dan China harus menggunakan momen ini untuk mencerminkan dan mendorong demokrasi.

"Garis hidup kelangsungan hidup dan pengembangan daratan China tidak terikat pada satu orang dan satu pihak," kata dewan itu.

"Taiwan tidak akan diganggu untuk menerima posisi China," tambahnya.

China telah memberikan tekanan pada Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang akan menghadapi pemilu pada Januari mendatang. Beijing percaya Tsai Ing-wen ingin mendorong kemerdekaan pulau itu secara resmi, yang menjadi sebuah garis merah atau terlarang untuk Beijing.

China juga marah atas ungkapan dukungan dari Taiwan untuk protes anti-pemerintah di Hong Kong, yang diharapkan terjadi lagi pada Selasa ini.

"Kami adalah negara demokrasi dan kebebasan dan akan menunjukkan dukungan bagi siapa pun di dunia yang mengejar demokrasi dan kebebasan," kata Tsai kepada wartawan.

"Demikian juga, penguasa mana pun harus hati-hati mendengarkan pengejaran rakyat akan kebebasan dan demokrasi dan menghormati kehendak rakyat," imbuhnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3680 seconds (0.1#10.140)