Tiga WNI Pro-ISIS yang Ditahan Singapura Terpengaruh Ceramah Bos JAD

Selasa, 24 September 2019 - 07:40 WIB
Tiga WNI Pro-ISIS yang Ditahan Singapura Terpengaruh Ceramah Bos JAD
Tiga WNI Pro-ISIS yang Ditahan Singapura Terpengaruh Ceramah Bos JAD
A A A
SINGAPURA - Tiga pembantu rumah tangga asal Indonesia yang ditahan di Singapura tak hanya mendukung ISIS, tapi juga kelompok teroris Jemaah Ansharut Daulah (JAD) dengan menyumbangkan dana. Menurut Kementerian Dalam Negeri (MHA) setempat, ketiga warga negara Indonesia (WNI) itu terpengaruh ceramah pemimpin JAD, Aman Abdurrahman.

MHA sebelumnya mengatakan dana yang disumbangkan ketiga WNI itu ditujukan kepada entitas yang berbasis di luar negeri untuk tujuan yang terkait terorisme, seperti untuk mendukung kegiatan ISIS dan JAD.

Ketiganya adalah Anindia Afiyantari, 33, Retno Hernayani, 36, dan Turmini, 31. Mereka ditahan berdasarkan Undang-Undang Keamanan Internal dan sedang diselidiki karena mendanai terorisme.

Ketiga WNI itu telah bekerja di Singapura antara enam hingga 13 tahun. Menurut MHA, mereka adalah pekerja rumah tangga asing pertama memicu penerbitan surat perintah penahanan terkait terorisme.

Sejatinya ada pembantu rumah tangga keempat yang sempat ditangkap sebagai bagian dari penyelidikan. Dia tidak menganut kepercayaan radikal dan sadar bahwa yang rekan-rekannya telah diradikalisasi, namun ia tidak melaporkannya. Sejak itu ia dipulangkan ke Indonesia. MHA tak merinci identitas WNI keempat yang sempat ditangkap tersebut.

Ketiga WNI yang kini ditahan telah diradikalisasi sejak tahun lalu setelah melihat materi daring tentang kelompok teror Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Keyakinan mereka semakin dalam setelah mereka bergabung dengan beberapa grup dan saluran media sosial pro-ISIS.

Selanjutnya, mereka membuat beberapa akun media sosial untuk mengirim materi pro-ISIS. "Mereka bertiga secara aktif menggalang dukungan online untuk ISIS," kata MHA.

"Mereka juga menyumbangkan dana kepada entitas yang berbasis di luar negeri untuk tujuan terkait terorisme, seperti untuk mendukung kegiatan ISIS dan JAD," lanjut MHA.

Ketiganya menjadi pendukung kuat kelompok teroris JAD yang berbasis di Indonesia yang telah dilarang oleh pemerintah.

MHA mengatakan para pembantu rumah tangga itu pada awalnya tertarik pada visual kekerasan yang disebarkan pada platform pro-ISIS. Ini termasuk video serangan bom dan pemenggelan oleh kelompok teroris, serta "propaganda daur ulang" pada kemenangan di medan perang masa lalu.

Kementerian itu menambahkan bahwa mereka juga dipengaruhi oleh ceramah-ceramah online dari para penceramah radikal Indonesia seperti Aman Abdurrahman dan Usman Haidar bin Seff.

Aman adalah pemimpin de facto JAD, dan telah dijatuhi hukuman mati pada Juni tahun lalu karena menghasut orang lain untuk melakukan serangan teroris di Indonesia. JAD bertanggung jawab atas beberapa serangan teroris, termasuk pemboman bunuh diri di Surabaya tahun 2018.

Sementara itu, Usman adalah anggota kelompok teroris regional Jemaah Islamiah (JI), dan dijatuhi hukuman penjara tiga tahun pada tahun 2004 karena menyembunyikan anggota senior JI setelah pemboman Hotel Marriott 2003 di Jakarta. Pada bulan Januari, ia mengunggah beberapa video yang menyerukan pembebasan tokoh senior JI, Abu Bakar Ba'asyir.

MHA mengatakan ketiga WNI itu berkenalan satu sama lain sekitar waktu mereka diradikalisasi. Anindia dan Retno pertama kali bertemu di sebuah pertemuan sosial di Singapura, sementara Turmini terhubung dengan mereka di media sosial.

Seiring waktu, mereka mengembangkan jaringan kontak online asing yang pro-militan. Ini termasuk "pacar" online yang berbagi ideologi. Anindia dan Retno berniat melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Sedangkan Anindia dipersiapkan untuk menjadi pembom bunuh diri.

Retno bercita-cita untuk tinggal di antara para militan ISIS di Suriah dan percaya bahwa umat Islam berkewajiban untuk melakukan perjalanan ke zona konflik di luar Suriah, seperti Palestina dan Kashmir, untuk berperang melawan "musuh-musuh Islam".

Kontak online mereka juga mendorong mereka untuk bergabung dengan kelompok pro-ISIS di Filipina selatan, Afghanistan atau Afrika.

Turmini percaya dengan menyumbangkan dananya untuk kegiatan seperti itu akan memberinya tempat di surga.

Menurut The Straits Times yang dikutip Selasa (24/9/2019), Singapura telah mengidentifikasi total 19 pekerja rumah tangga asing yang teradikalisasi sejak 2015. Semua telah dipulangkan kecuali Anindia, Retno, dan Turmini, yang masih diselidiki.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3976 seconds (0.1#10.140)