Trump Disebut Usul Lawan Badai dengan Bom Nuklir, Ini Bahayanya

Selasa, 27 Agustus 2019 - 09:41 WIB
Trump Disebut Usul Lawan Badai dengan Bom Nuklir, Ini Bahayanya
Trump Disebut Usul Lawan Badai dengan Bom Nuklir, Ini Bahayanya
A A A
WASHINGTON - Presiden Donald Trump dilaporkan telah menyarankan penggunaan bom nuklir untuk melawan badai dahsyat agar tidak menjangkau dan menyebabkan kerusakan di wilayah Amerika Serikat (AS). Namun, sebuah lembaga ilmiah Amerika Serikat menjelaskan bahaya dari ide semacam itu.

Situs web berita Axios sebelumnya melaporkan bahwa Trump telah bertanya kepada beberapa pejabat keamanan nasional tentang gagasan semacam itu. Menurut laporan itu, bom nuklir disarankan dijatuhkan di mata badai sebelum mendekati wilayah AS. Belakangan, Presiden Trump membantah telah membuat saran penggunaan bom nuklir untuk melawan badai.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) atau Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional mengatakan hasilnya akan menghancurkan jika bom nuklir digunakan untuk menghentikan badai.

NOAA mengatakan menggunakan senjata nuklir terhadap badai tidak mengubah amukan badai. Sebaliknya, ada dampak mengerikan seperti kejatuhan radioaktif secara cepat bersama dengan pergerakan badai yang bisa memengaruhi wilayah daratan Amerika.

Kesulitan menggunakan bahan peledak untuk mengubah badai, kata NOAA, adalah jumlah energi yang dibutuhkan. Pelepasan panas badai setiap 20 menit setara dengan ledakan bom nuklir 10 megaton.

"Meskipun energi mekanik sebuah bom lebih dekat dengan badai, tugas memfokuskan bahkan setengah dari energi pada tempat di tengah lautan yang terpencil akan sangat sulit," kata NOAA, dalam sebuah pernyataan.

"Menyerang ombak atau depresi tropis yang lemah sebelum mereka memiliki kesempatan untuk tumbuh menjadi badai juga tidak menjanjikan," lanjut NOAA.

Badai dahsyat biasanya memengaruhi pantai timur AS, dan sering menyebabkan kerusakan serius. Sejauh ini langkah AS adalah mengungsikan warganya jauh hari sebelum badai benar-benar datang.

"Sekitar 80 gangguan ini terbentuk setiap tahun di cekungan Atlantik, tetapi hanya sekitar lima yang menjadi badai pada tahun-tahun biasa. Tidak ada cara untuk mengetahui sebelumnya mana yang akan berkembang," jelas NOAA, dikutip BBC, Selasa (27/8/2019).

Ide penggunaan bom nuklir untuk menghentikan badai dahsyat bukan pertama kali ini muncul. Gagasan seperti itu pertama kali dilontarkan oleh seorang ilmuwan di era pemerintahan Presiden Dwight David Eisenhower. Namun, para ahli pada umumnya kompak bahwa ide itu tidak akan berhasil.

National Geographic pernah mem-posting sebuah artikel pada tahun 2017 yang menjelaskan bahwa selain untuk saran yang dilabeli sebagai ide "aneh" oleh fisikawan Robert Nelson, langkah itu akan dilarang berdasarkan perjanjian nuklir yang ditandatangani antara AS dan bekas Uni Soviet.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4784 seconds (0.1#10.140)