4 Dampak Pembantaian Warga Palestina yang Sedang Salat Subuh oleh Israel

Sabtu, 10 Agustus 2024 - 20:20 WIB
loading...
A A A
“Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di satu lingkungan pada satu waktu, satu rumah sakit pada satu waktu, satu sekolah pada satu waktu, satu kamp pengungsi pada satu waktu, satu ‘zona aman’ pada satu waktu”, tulis Albanese dalam sebuah posting di X.

“Semoga warga Palestina memaafkan kami atas ketidakmampuan kolektif kami untuk melindungi mereka, dengan menghormati makna paling mendasar dari hukum internasional.”


3. Dikecam Berbagai Pihak

Kementerian Luar Negeri Yordania mengatakan bahwa serangan Israel terhadap kompleks sekolah di Kota Gaza bertentangan dengan "semua nilai kemanusiaan".

Dalam pernyataan tersebut, ditambahkan bahwa "tidak adanya sikap internasional yang tegas untuk menahan agresi Israel dan memaksanya untuk menghormati hukum internasional dan menghentikan agresinya terhadap Gaza, dan akibatnya adalah pembunuhan, kematian, dan bencana manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya".

Kementerian tersebut mengatakan bahwa serangan tersebut, yang terjadi selama perundingan damai yang sedang berlangsung, merupakan "indikasi upaya pemerintah Israel untuk menghalangi upaya ini dan menundanya".

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Mesir mengecam keras serangan militer Israel terhadap sekolah al-Tabin di Kota Gaza, dengan mengatakan hal itu menunjukkan Israel tidak memiliki "keinginan politik" untuk mengakhiri perang.

Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Kantor Berita Timur Tengah milik pemerintah, Kementerian Luar Negeri menuduh Israel berulang kali melakukan "kejahatan berskala besar" terhadap "warga sipil tak bersenjata" setiap kali ada desakan internasional untuk gencatan senjata.

Dikatakan bahwa serangan tersebut mencerminkan "pengabaian yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap hukum internasional.

Mesir, bersama dengan Qatar dan AS, membantu memediasi perundingan gencatan senjata yang dijadwalkan pada 15 Agustus.

4. Sandera Israel Tak Akan Kembali

Hagai Angrest, ayah dari seorang warga Israel yang ditawan oleh Hamas, mengatakan bahwa meskipun ia yakin Netanyahu menginginkan pengembalian para tawanan yang ditawan di Gaza, ia mengambil tindakan yang menenangkan anggota sayap kanan pemerintah Israel dan menggagalkan harapan tercapainya kesepakatan.

"Setiap kali kesepakatan ditawarkan dan saatnya tiba, ia [Netanyahu] melakukan operasi yang langsung menggagalkan kesepakatan," kata Angrest dalam komentar yang disiarkan oleh televisi Israel.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1681 seconds (0.1#10.140)