Donald Trump: Kamala Harris Menang Pilpres AS, Perang Dunia III Pecah!

Minggu, 28 Juli 2024 - 10:17 WIB
loading...
Donald Trump: Kamala...
Donald Trump (kiri) klaim Perang Dunia III akan pecah jika Kamala Harris menang Pilpres AS. Foto/The Washington Post
A A A
WASHINGTON - Donald Trump, mantan presiden yang juga calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, mengatakan jika Kamala Harris memenangkan pemilihan presiden (pilpres), maka perang besar di Timur Tengah dan Perang Dunia III akan pecah.

Trump telah berulang kali menuduh Wakil Presiden Kamala Harris dan Presiden Joe Biden menyeret AS ke dalam konflik global.

Biden telah mundur dari pilpres Amerika, dan mendukung Harris menjadi capres Partai Demokrat untuk melawan Trump pada 5 November mendatang.

Berbicara menjelang pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Jumat, Trump berjanji bahwa perang Israel-Hamas akan berakhir sangat cepat jika dia kembali berkuasa di Gedung Putih.



"Jika tidak, Anda akan berakhir dengan perang besar di Timur Tengah," katanya dengan berandai-andai Harris menang pilpres AS, seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (28/7/2024). "Dan mungkin Perang Dunia III,” kata Trump.

“Anda lebih dekat dengan Perang Dunia III saat ini daripada kapan pun sejak Perang Dunia II. Kita tidak pernah sedekat ini karena kita memiliki orang-orang yang tidak kompeten yang menjalankan negara ini,” ujarnya.

Trump telah melontarkan tuduhan serupa kepada Biden dan Harris sejak perang Rusia-Ukraina dimulai pada tahun 2022.

Mantan presiden AS tersebut telah mengeklaim bahwa perang tersebut tidak akan pernah dimulai jika dia berkuasa, dan berjanji untuk membawa Moskow dan Kyiv ke meja perundingan “dalam 24 jam” jika terpilih sebagai presiden pada bulan November.

Netanyahu bertemu dengan Trump di perkebunan Mar-a-Lago di Florida, sehari setelah bertemu Biden dan Harris di Washington.

Berbicara kepada wartawan setelah bertatap muka dengan Netanyahu, Harris mengatakan: ”Saya menyampaikan kepada perdana menteri kekhawatiran serius saya tentang skala penderitaan manusia di Gaza, termasuk kematian terlalu banyak warga sipil yang tidak bersalah.”

Komentar Harris dilaporkan membuat Netanyahu marah, dengan seorang ajudan pemimpin Israel itu mengatakan kepada Axios bahwa wakil presiden Amerika itu tidak terlalu kritis selama pertemuan itu.

Trump adalah sekutu setia Netanyahu selama masa jabatannya di Gedung Putih, menjatuhkan sanksi pada Iran atas permintaan Netanyahu, memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem Barat, dan menjadi perantara Perjanjian Abraham, yang membuat Israel menormalisasi hubungan dengan Bahrain, Uni Emirat Arab, Maroko, dan Sudan.

Namun, hubungan ini memburuk setelah Netanyahu memberi selamat kepada Biden atas kemenangan elektoralnya atas Trump pada tahun 2020. "Saya belum berbicara dengan [Netanyahu] sejak itu," kata Trump kepada jurnalis Israel Barak Ravid akhir tahun itu. "Persetan dengannya."

Sebelum Trump dan Netanyahu berpelukan di tangga Mar-a-Lago pada hari Jumat, Trump mengatakan kepada Fox News bahwa Israel harus mengakhiri perangnya di Gaza dengan cepat. “Karena mereka dihancurkan dengan publisitas ini, dan Anda tahu Israel tidak pandai dalam hubungan masyarakat (humas),” katanya.

Awal minggu ini, mantan presiden itu menggunakan platform Truth Social miliknya untuk membagikan surat yang diterimanya dari Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, yang mendoakan Trump diberi "kekuatan dan keselamatan" setelah upaya pembunuhan terhadapnya awal bulan ini.

"Terima kasih. Semuanya akan baik-baik saja," jawab Trump atas surat Abbas.

Aksi pamer itu surat oleh Trump itu dipandang oleh beberapa pakar sebagai langkah untuk mendapatkan pengaruh atas Netanyahu.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1464 seconds (0.1#10.140)