Riwayat Pangkalan Sultan di Saudi, Rumah Rudal hingga Jet Siluman AS

Sabtu, 20 Juli 2019 - 11:53 WIB
Riwayat Pangkalan Sultan di Saudi, Rumah Rudal hingga Jet Siluman AS
Riwayat Pangkalan Sultan di Saudi, Rumah Rudal hingga Jet Siluman AS
A A A
RIYADH - Teka-teki tempat pengerahan sekitar 1.000 tentara Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah yang selama ini dirahasikan mulai terjawab. Separuh dari jumlah itu ternyata akan ditempatkan di Pangkalan Udara Pangeran Sultan, Arab Saudi.

Tak hanya tentara, pangkalan itu juga menjadi rumah untuk sistem rudal Patriot yang mulai beroperasi pertengahan Juli ini. Jet-jet tempur siluman, termasuk F-22, juga akan bermarkas di pangkalan tersebut pada Agustus nanti.

Ada riwayat khusus dari Pangkalan Udara Pangeran Sultan. Ceritanya bermula dari pengeboman Menara Khobar 1996 yang menewaskan 19 penerbang AS dan melukai 400 orang lainnya. Serangan itu membuat militer AS memindahkan sebagian besar pesawat dan anggota layanan militernya di Arab Saudi ke Pangkalan Udara Pangeran Sultan.

Pesawat-pesawat dan tentara AS tinggal di pangkalan tersebut sampai Pentagon memulai perang melawan Irak tahun 2003 yang dikenal dengan sandi "Operasi Pembebasan Irak". Pada bulan April 2003, Menteri Pertahanan saat itu, Donald Rumsfeld dan menteri pertahanan Saudi memutuskan untuk menarik semua pasukan AS dari pangkalan itu dan menyerahkannya ke pemerintah Saudi.

Setelah 16 tahun tentara Amerika hengkang dari pangkalan itu, Washington menempatkan kembali di sana. Demi menjadi rumah bagi pasukan Amerika, jalan dan landasan pacu di fasilitas tersebut diperkuat dan diperluas.

Menurut seorang pejabat Amerika yang dikutip NBC News, Sabtu (20/7/2019), perumahan di pangkalan juga akan diperbarui dan perlu dibangun fasilitas medis. Banyak anggota layanan AS yang dikerahkan di sana selama beberapa minggu terakhir adalah insinyur yang mempersiapkan pangkalan untuk misi baru.

Meski jet-jet tempur siluman yang akan bermarkas di pangkalan tersebut untuk tujuan defensif atau pertahanan, namun pesawat-pesawat tersebut diakui AS dapat digunakan secara ofensif juga.

AS mengumumkan pengerahan pasukan baru di Timur Tengah pada bulan Juni lalu, namun tidak mengatakan di mana pasukan dan peralatan militernya akan ditempatkan. Meski dirahasiakan, kesibukan di Pangkalan Udara Pangeran Sultan terendus satelit. Gambar-gambar satelit beberapa minggu lalu memperlihatkan ada persiapan tak biasa di pangkalan yang pernah ditinggalkan Amerika itu.

Pentagon tetap menolak untuk mengomentari penyebaran tentara Amerika ke Pangkalan Udara Pangeran Sultan. "Komando Sentral AS terus bekerja untuk mengelola postur pasukan kami di kawasan dan akan terus melakukan ini bekerja sama dengan mitra dan sekutu kami di kawasan itu," kata juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Earl Brown.

Pengerahan tentara dan peralatan militer Amerika di pangkalan itu juga tak lepas dari ketegangan di Timur Tengah, yang melibatkan Iran dan proksi-proksinya. Informasi terbaru menyatakan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyita dua kapal tanker minyak Inggris di Selat Hormuz.

Meski Pentagon bungkam, Kementerian Pertahanan Arab Saudi mengonfirmasi penempatan tentara dan peralatan militernya di negara yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud tersebut.

"Berdasarkan kerja sama timbal balik antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, dan keinginan mereka untuk meningkatkan segala sesuatu yang dapat menjaga keamanan kawasan dan stabilitasnya...Raja Salman memberikan persetujuannya untuk menjadi tuan rumah pasukan Amerika," seorang juru bicara kementerian itu seperti dikutip oleh kantor berita pemerintah Saudi, SPA.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4061 seconds (0.1#10.140)