Mahasiswa Australia Bantah Tuduhan Mata-matai Korut

Rabu, 10 Juli 2019 - 11:41 WIB
Mahasiswa Australia Bantah Tuduhan Mata-matai Korut
Mahasiswa Australia Bantah Tuduhan Mata-matai Korut
A A A
CANBERRA - Mahasiswa asal Australia yang sempat mendekam selama seminggu di penjara Korea Utara (Korut) akhirnya angkat bicara terkait tuduhan mata-mata yang dialamatkan kepadanya. Alek Sigley (29) dengan tegas membantah tuduhan tersebut dan mengaku menyesal tidak dapat kembali ke negara tertutup itu.

Sigley adalah mahasiswa asal Australia yang sedang belajar di universitas Kim Il Sung. Ia tinggal di Korut sejak tahun 2018 dan menjalankan Tongil Tours, sebuah agen perjalanan yang mengatur pertukaran budaya ke Korut.

Ia sering berbagi tentang kehidupan sehari-harinya di Pyongyang melalui media sosial. Ia juga menulis sejumlah opini dan artikel di outlet media Barat, termasuk NK News dan Guardian Australia.

Dia menghindari politik dan sering kali menantang persepsi negatif tentang Korut, berusaha memanusiakan negara yang terisolasi itu dengan wawasannya yang unik, seringkali tentang makanan.

Namun, setelah pembebasannya Pyongyang menuduh Sigley melakukan spionase dengan memberikan foto dan bahan-bahan lainnya kepada organisasi berita yang memiliki pandangan kritis terhadap Korut. Media pemerintah Korut mengatakan dia mengaku melakukan aksi mata-mata dan memohon pengampunan.

Baca Juga: Korut Tahan dan Usir WN Australia karena Lakukan Aksi Spionase

“Tuduhan bahwa saya adalah mata-mata adalah (sangat jelas) salah. Satu-satunya bahan yang saya berikan kepada NK News adalah apa yang dipublikasikan untuk umum di blog, dan hal yang sama berlaku untuk outlet media lainnya,” katanya seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (10/7/2019).

Sigley dibebaskan dari penahanan di Pyongyang minggu lalu dan segera dievakuasi ke rumahnya di Jepang melalui China. Menghilangnya Sigley secara tiba-tiba pada akhir Juni telah memicu krisis diplomatik dan Swedia kemudian membantu menegosiasikan pembebasannya.

Lewat akun Twitternya, Sigley mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah bersimpati dan menyatakan ia dalam kondisi baik.

"Saya baik secara mental dan fisik," katanya di akun Twitternya.

Sigley, yang menikahi istrinya asal Jepang di Pyongyang tahun lalu, menambahkan: “Saya mungkin tidak akan pernah lagi berjalan di jalanan Pyongyang, sebuah kota yang mempunyai tempat yang sangat istimewa di hati saya. Saya mungkin tidak akan pernah lagi melihat guru dan mitra saya di industri perjalanan, yang saya anggap teman dekat. Tapi itulah hidup."
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3756 seconds (0.1#10.140)