Tiga Negara Ini Disebut-sebut Bakal Coba Ganggu Pemilu AS pada 2020

Selasa, 25 Juni 2019 - 09:43 WIB
Tiga Negara Ini Disebut-sebut Bakal Coba Ganggu Pemilu AS pada 2020
Tiga Negara Ini Disebut-sebut Bakal Coba Ganggu Pemilu AS pada 2020
A A A
WASHINGTON - Seorang pejabat pemerintahan Donald Trump mengatakan bahwa Rusia, China dan Iran berusaha memanipulasi opini publik Amerika Serikat (AS) jelang pemilu 2020. Namun ketiga negara itu tidak ada yang berhasil merusak infrastruktur fisik pemilu, yang tetap menjadi target potensial bagi aktor negara dan non negara.

"China terutama menggunakan outlet media konvensional untuk mengadvokasi kebijakan tertentu, termasuk perdagangan, sementara Rusia dan Iran lebih aktif di platform media sosial," ungkap seorang pejabat senior intelijen AS, yang berbicara dengan syarat tidak diidentifikasi, seperti disitir dari Bloomberg, Selasa (25/6/2019).

Pemerintahan sebelumnya telah menunjuk tiga negara itu karena berusaha untuk ikut campur dalam pemilihan presiden 2016 dan pemilu sela 2018. Pejabat itu tidak memberikan contoh spesifik gangguan yang dimaksud, dengan mengatakan itu bisa membahayakan upaya untuk menghentikannya.

Seorang pejabat kedua mengatakan pemerintah AS tidak perlu mengungkapkan semua upaya pengaruh asing atas kekhawatiran akan menghambat penegakan hukum.

Pengarahan itu dilakukan menjelang KTT G20 di Jepang, di mana Presiden Donald Trump diperkirakan akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertemuan ini juga bertepatan dengan meningkatnya ketegangan dengan Iran setelah AS menuduh Teheran menyerang kapal tanker di Selat Hormuz dan menembak jatuh drone Angkatan Laut AS.

Trump meningkatkan tekanan pada hari Senin dengan menjatuhkan sanksi kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dan delapan komandan senior militer.

Seorang peneliti di perusahaan cybersecurity FireEye Inc. mengatakan peretas Iran telah meningkatkan serangan terhadap AS dalam beberapa pekan terakhir.

"Kelompok peretas yang didukung negara Iran, APT33, telah mengirim gelombang email spearphishing ke organisasi keuangan dan entitas pemerintah AS bulan ini dalam upaya untuk mendapatkan akses ke sistem komputer mereka," menurut Benjamin Read, seorang manajer senior di FireEye.

"Jika berhasil, peretas dapat mengganggu sistem operasi bank dengan menyapu komputer dan menghambat fungsi-fungsi penting," terang Read.

Read memperkirakan APT33 telah menargetkan ratusan target dalam lusinan organisasi dalam dua minggu terakhir.

Trump pekan lalu secara tiba-tiba membatalkan serangan udara yang direncanakan terhadap Iran karena menembak jatuh sebuah drone Angkatan Laut AS. Namun ia menyetujui serangan siber pada Kamis malam yang melumpuhkan sistem komputer Iran yang digunakan untuk peluncuran roket dan rudal, lapor Washington Post, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah yang tidak ingin identitasnya disebutkan.

Baca Juga: Trump Beri Lampu Hijau Serangan Siber Terhadap Sistem Rudal Iran

Ada preseden bagi peretas Iran yang menargetkan sektor keuangan AS di tengah ketegangan kedua negara. Pada 2011 hingga awal 2013, peretas yang terkait dengan pemerintah Iran melancarkan serangan dunia maya terhadap sekitar empat lusin lembaga keuangan AS. Langkah ini mengikuti penjatugan sanksi AS terhadap pemerintah Iran dan serangan dunia maya terhadap program nuklir Iran yang diyakini dilakukan oleh AS dan Israel.

"Namun peretasan baru-baru ini terhadap sektor keuangan lebih canggih," kata FireEye's Read.

Sebelumnya serangan siber Iran yang menyasar bank-bank AS mengganggu layanan oleh komputer dengan komunikasi elektronik, sedangkan gelombang spearphishing baru-baru ini akan memungkinkan peretas mengakses secara aktual ke jaringan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3967 seconds (0.1#10.140)