Mahathir Mohamad Ragukan Hasil Penyelidikan MH-17

Kamis, 20 Juni 2019 - 19:18 WIB
Mahathir Mohamad Ragukan Hasil Penyelidikan MH-17
Mahathir Mohamad Ragukan Hasil Penyelidikan MH-17
A A A
KUALA LUMPUR - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengaku tidak senang tentang temuan penyelidikan yang dipimpin Belanda soal Malaysia Airlines MH-17. Dia mencatat bahwa lebih banyak politik daripada pencarian fakta dalam penyelidikan itu.

Mahathir menyuarakan kegelisahannya setelah Tim Investigasi Gabungan (JIT) mengungkapkan hasil penyelidikan terbaru. Menurutnya, sedari awal penyelidikan ini ditujukan untuk menyalahkan Rusia.

"Kami sangat tidak bahagia. Sejak awal, itu menjadi masalah politik tentang bagaimana menuduh Rusia melakukan kesalahan. Bahkan sebelum mereka memeriksa kasus ini, mereka telah mengklaim bahwa (penembakan MH17) dilakukan oleh Rusia," ucap Mahathir.

"Malaysia, yang telah mengawasi penyelidikan sejak awal, menginginkan bukti kesalahan (bahwa Rusia melakukannya). Sejauh ini, tidak ada bukti, hanya kabar angin," sambungnya, seperti dilansir Russia Today pada Kamis (20/6).

JIT mengumumkan pada hari Rabu tiga orang Rusia dan seorang tersangka asal Ukraina akan menghadapi persidangan karena menembak jatuh Malaysia Airlines MH-17.

Pesawat itu terbang pada 17 Juli 2014, dari Bandara Schiphol, Amsterdam ke Kuala Lumpur tetapi ditembak jatuh sebelum jatuh di dekat Torez di Oblast Donetsk, Ukraina, 40 kilometer dari perbatasan Rusia. Sebanyak 298 orang, termasuk 15 kru, tewas dalam kecelakaan itu.

Belanda, Australia, Belgia, Malaysia, dan Ukraina adalah bagian dari tim investigasi gabungan.

Kementerian Luar Negeri Rusia sendiri membantah tuduhan keterlibatan militernya dalam insiden tersebut. Moskow menyesalkan tuduhan keterlibatan terhadap militer negaranya dalam peristiwa tersebut.

"Sekali lagi, pihak Rusia menjadi sasaran tuduhan yang sama sekali tidak berdasar yang bertujuan mendiskreditkan Federasi Rusia di mata masyarakat internasional. JIT yang dibentuk untuk menyelidiki tragedi itu menggunakan sumber informasi yang meragukan dan tidak menggunakan data yang disediakan oleh Rusia," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4018 seconds (0.1#10.140)