Rusia: Foto AS Tidak Membuktikan Iran Dalang Serangan Tanker

Rabu, 19 Juni 2019 - 07:16 WIB
Rusia: Foto AS Tidak Membuktikan Iran Dalang Serangan Tanker
Rusia: Foto AS Tidak Membuktikan Iran Dalang Serangan Tanker
A A A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan Rusia tidak memiliki data intelijen mengenai siapa yang berada di belakang serangan terhadap dua kapal tanker di Telum Oman. Namun ia memperingatkan bahwa AS belum bisa membuktikan klaimnya jika Iran adalah biang keladinya.

"Kami tidak memiliki data intelijen seperti itu," kata Lavrov saat ditanya apakah Moskow mengetahui tentang penyebab ledakan yang terjadi di dua kapal tanker komersial pada Kamis pekan lalu.

Meski begitu, Lavrov balik mengomentari rekaman yang ditunjukkan oleh Pentagon yang dimaksudkan untuk menghubungkan Iran dengan peristiwa itu.

"Kami melihat bukti dugaan yang diberikan oleh Amerika Serikat sangat kabur, beberapa rekaman video, beberapa gambar, yang menimbulkan pertanyaan serius bahkan di antara sekutu terdekatnya," ujar Lavrov seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (19/6/2019).

"Kami mendukung penyelidikan menyeluruh atas semua insiden ini. Republik Islam Iran telah mendukung hal ini sejak awal," tambahnya.

"Mengenai bagaimana situasinya berkembang, maka, ya, situasinya mengkhawatirkan. Saya tidak akan segera membuat prediksi negatif dan bencana," ucapnya.

Komando Sentral AS pertama kali merilis rekaman kasar yang diklaim menunjukkan pasukan elit Iran mengeluarkan ranjau limpet yang tidak meledak dari salah satu kapal yang diserang pada Jumat lalu. Di tengah penolakan Iran dan skeptisisme internasional, Pentagon merilis rekaman kedua yang lebih jelas lagi dengan tujuan untuk menunjukkan Garda Revolusi Iran terlibat dalam insiden itu.

"Kita harus menuntut agar semua pihak menahan diri dan tidak mengizinkan tindakan keras apa pun, terutama atas dasar logika yang sama yang digunakan Barat dalam banyak kasus lain dengan nama 'sangat mungkin,'" kata Lavrov kepada kantor berita pemerinta Rusia Tass.

"Kata-kata 'sangat mungkin' dan 'paling mungkin' ini melibatkan masalah yang terlalu serius untuk ditangani dengan mudah. ​​Oleh karena itu, hanya penyelidikan dan hanya kesepakatan untuk menormalkan situasi," tuturnya.

Lavrov lebih lanjut mendorong dialog antara semua negara di Teluk Persia, termasuk monarki Muslim Sunni seperti Arab Saudi yang telah mendukung kampanye 'tekanan maksimum' pemerintahan Trump terhadap Iran.

"Mereka yang bergantung pada hasrat menghasut antara orang Arab dan Persia, Arab dan Kurdi, di dalam dunia Arab - antara Sunni dan Syiah, tidak dibimbing oleh kepentingan rakyat di wilayah itu, tetapi oleh kepentingan sempit geopolitik mereka," Lavrov memperingatkan.

Lavrov kembali menyerukan seruan koleganya dari China, Wang Yi yang meminta semua pihak untuk tetap rasional dan menahan diri, dan tidak mengambil tindakan eskalasi yang memicu ketegangan regional, dan tidak membuka 'Kotak Pandora'.

Ia secara khusus memperingatkan AS untuk mengubah metode tekanan ekstremnya dan berpendapat setiap perilaku unilateral tidak memiliki dasar dalam hukum internasional.

Ketegangan antara AS dan Iran terus meningkat sejak Trump meninggalkan perjanjian nuklir multilateral tahun lalu. Tekanan pemerintah yang meningkat terhadap Iran dimulai dengan perang kata-kata tetapi telah meningkat ke arah konfrontasi yang lebih serius.

AS sebelumnya telah mengirimkan satu skuadron 12 jet tempur, beberapa pesawat mata-mata, baterai rudal Patriot, gugus tugas pembom B-52, kelompok tempur kapal induk USS Abraham Lincoln, dan aset militer lainnya telah dikirim ke wilayah tersebut. Hal itu dilakukan untuk mencegah apa yang disebut pemerintah Trump "perilaku memfitnah" Iran yang dimaksudkan untuk merusak AS dan sekutunya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4584 seconds (0.1#10.140)