Mengendarai Motor, Kelompok Bersenjata Bantai 41 Orang di Mali

Rabu, 19 Juni 2019 - 02:18 WIB
Mengendarai Motor, Kelompok Bersenjata Bantai 41 Orang di Mali
Mengendarai Motor, Kelompok Bersenjata Bantai 41 Orang di Mali
A A A
BAMAKO - Sekelompok pria bersenjata tak dikenal menyerang dua desa di Mali tengah. Sambil mengendarai motor, mereka membantai 41 orang di bagian negara tempat terjadinya serangan balasan terhadap etnis tertentu melonjak dalam beberapa bulan terakhir.

Serangan yang terjadi pada Senin malam di desa Yoro dan Gangafani 2 menambah situasi keamanan yang mengerikan di Mali tengah, di mana milisi etnis secara teratur membantai warga sipil dari kelompok saingannya dan gerilyawan Islam juga aktif.

"Para korban serangan sebagian besar adalah etnik Dogon," kata Issiaka Ganame, walikota Yoro, di mana 24 orang tewas. Sementara 17 lainnya meninggal di Gangafani 2.

"Sekitar 100 pria bersenjata tak dikenal yang mengendarakan motor tiba-tiba menyerang Yoro dan menembaki penduduk," ujar Ganame.

"Kemudian mereka turun ke desa Gangafani 2, yang berjarak sekitar 15 km jauhnya," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (19/6/2019).

Kekerasan tit-for-tat dalam beberapa bulan terakhir sebagian besar mengadu telah terjadi antara etnis pemburu Dogon terhadap etnis penggembala Fulani. Penyerang yang diyakini dari Fulani menggerebek sebuah desa Dogon pekan lalu, menewaskan sedikitnya 35 orang.

Pada bulan Maret, tersangka anggota milisi Dogon membunuh lebih dari 150 etni Fulani di dua desa di Mali tengah, salah satu tindakan pertumpahan darah terburuk dalam sejarah negara itu baru-baru ini.

Pemerintah Presiden Ibrahim Boubacar Keita telah berjuang untuk melucuti senjata milisi sesuai janjinya. Kelompok-kelompok tersebut mencari keamanan oleh komunitas lokal yang tidak percaya pemerintah untuk melindungi mereka.

Pada hari Selasa, dua serikat buruh yang mewakili para pegawai negeri menyerukan para administrator negara di wilayah Mopti, tempat sebagian besar serangan terjadi, untuk meninggalkan pos mereka dan turun ke ibukota regional karena ancaman pembunuhan.

“Presiden Keita mengatakan dia akan melucuti semua milisi. Kami memperhatikan dan menunggu pelucutan senjata milisi dan implementasi langkah-langkah perlindungan,” kata Ousmane Christian Diarra, sekretaris jenderal Sindikat Nasional Administrasi Sipil.

Pasukan Prancis melakukan intervensi di Mali, bekas koloninya, pada 2013 untuk memukul mundur gerakan jihadis dari utara. Tetapi sejak itu kelompok militan berkumpul kembali dan menggunakan Mali utara dan tengah sebagai tempat untuk melancarkan serangan di seluruh wilayah dan memicu ketegangan di antara berbagai komunitas.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4683 seconds (0.1#10.140)