Didemo Dua Juta Orang, Pemimpin Hong Kong Menolak Mundur

Rabu, 19 Juni 2019 - 01:53 WIB
Didemo Dua Juta Orang, Pemimpin Hong Kong Menolak Mundur
Didemo Dua Juta Orang, Pemimpin Hong Kong Menolak Mundur
A A A
HONG KONG - Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, mengisyaratkan akan mengakhiri pembahasan rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang diajukannya. RUU kontroversial ini menuai aksi protes yang begitu kuat sejak bekas koloni Inggris itu dikembalikan ke China pada 1997.

Dalam sebuah konferensi pers, Lam meminta maaf atas kekacauan akibat aksi demonstrasi menolak RUU ekstradisi. Meski begitu ia menolak untuk mengatakan bahwa RUU itu akan ditarik, hanya saja regulasi iti tidak akan diperkenalkan kembali dibahas selama ia masih menjabat jika menimbulkan ketakutan publik.

"Karena RUU ini selama beberapa bulan terakhir telah menyebabkan begitu banyak kegelisahan, dan kekhawatiran dan perbedaan pendapat, saya tidak akan, ini adalah usaha, saya tidak akan melanjutkan lagi pelaksanaan legislatif ini jika ketakutan dan kecemasan ini tidak dapat ditangani secara memadai," ujar Lam seperti dilansir dari Reuters, Rabu (19/6/2019).

Lam, yang tampak menyesal, menggunakan banyak bahasa yang sama dengan konferensi pers sebelumnya pada hari Sabtu ketika ia mengumumkan penundaan RUU tersebut. Sehari kemudian, sekitar dua juta orang tumpah ke jalan, banyak yang menuntut agar dia mundur.

Lam sendiri menolak untuk mundur. Ia mengatakan bahwa masih ada pekerjaan penting di masa depan dalam tiga tahun ke depan, yang akan membawanya ke akhir masa jabatan lima tahun saat ini.

"Setelah kejadian ini, saya pikir bekerja dalam tiga tahun ke depan akan sangat sulit ... tetapi saya dan tim saya akan bekerja lebih keras untuk membangun kembali kepercayaan publik," ujarnya.

Lam meminta maaf karena telah membuat kota tersebut bergejolak. Ia mengatakan telah mendengar orang-orang dengan “keras serta jelas” dan akan mencoba membangun kembali kepercayaan.

Beberapa inisiator aksi demo dan kelompok oposisi Demokrat pun menanggapi pernyataan Lam. Menurut mereka, Lam telah tuli terhadap tuntutan publik yaitu meminta ia menyatakan dengan tegas mencabut RUU tersebut, segera mundur dan berjanji untuk tidak menuntut setiap demonstran dengan tuduhan kerusuhan.

"Carrie Lam terus berbohong," kata Jimmy Sham, dari Front Hak Asasi Manusia Sipil.

"Kami berharap orang-orang Hong Kong dapat bersatu dengan kami untuk terus bekerja keras menarik hukum 'setan'," katanya kepada wartawan.

Alvin Yeung, seorang anggota parlemen Hong Kong, mengatakan Lam telah kembali gagal untuk menurunkan suhu politik di kota dengan populasi tujuh juta orang itu.

"Hong Kong tidak akan menerima ini," ujarnya.

Sejak RUU Ekstradisi pertama kali diajukan ke legislatif pada bulan Februari lalu, Lam telah berulang kali menolak kekhawatiran yang disuarakan di banyak tempat, termasuk kelompok bisnis, pengacara, hakim, dan pemerintah asing terhadap RUU tersebut.

Para kritikus mengatakan RUU itu akan merusak peradilan independen dan aturan hukum Hong Kong, yang dijamin oleh formula satu negara, dua sistem saat wilayah itu kembali ke China, dengan memperluas jangkauan China ke kota itu dan memungkinkan orang-orang secara sewenang-wenang dikirim kembali ke China di mana mereka tidak bisa dijamin dengan penyelenggaraan pengadilan yang adil.

Pengadilan China seperti diketahui dikendalikan oleh Partai Komunis.

Lam sebelumnya telah mengeluarkan permintaan maaf pada Minggu malam melalui pernyataan tertulis pemerintah, namun banyak orang mengatakan ia kurang tulus. Permintaan itu pun gagal menenangkan demonstran yang mengatakan mereka tidak lagi percaya padanya dan meragukan kemampuannya untuk memerintah.

Lam, seorang pegawai negeri sipil karir yang dikenal sebagai "pejuang" karena gaya berterus terang dan gaya kepemimpinannya yang keras, mulai menjabat dua tahun lalu dan berjanji untuk menyembuhkan masyarakat yang terpecah. Beberapa pengamat mengatakan dia tidak mungkin segera mundur tetapi ambisi politik jangka panjang yang mungkin dia sembunyikan sekarang sudah mati.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3594 seconds (0.1#10.140)