PM Kamboja Tuduh PM Singapura Dukung Genosida Khmer Merah

Jum'at, 07 Juni 2019 - 17:22 WIB
PM Kamboja Tuduh PM Singapura Dukung Genosida Khmer Merah
PM Kamboja Tuduh PM Singapura Dukung Genosida Khmer Merah
A A A
HANOI - Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen menuduh PM Singapura Lee Hsien Loong mendukung genosida Khmer Merah. Tudingan ini terkait komentar Lee tentang invasi Vietnam tahun 1978 ke Kamboja yang mengakhiri rezim Khmer Merah Pol Pot.

Dalam sambutannya—yang telah membangkitkan permusuhan Perang Dingin dan menarik tanggapan yang kuat dari Vietnam—Lee merujuk pada tindakan Vietnam untuk menggulingkan rezim Khmer Merah Pol Pot dan menciptakan pemerintahan baru sebagai "invasi" dan "pendudukan", istilah yang kedua objek-nya Vietnam dan Kamboja.

Lee membuat komentar sebagai penghormatan kepada mantan perdana menteri Thailand, Jenderal Prem Tinsulanonda, yang meninggal bulan lalu.

Menurut Lee, Prem telah menjadi pemimpin pada saat Singapura, Thailand, dan negara-negara Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) lainnya menentang invasi dan pendudukan Vietnam atas Kamboja.

"Jenderal Prem tegas dalam tidak menerima fait accompli ini, dan bekerja dengan mitra ASEAN untuk menentang pendudukan Vietnam di forum internasional," kata Lee dalam komentar yang di-posting di halaman Facebook-nya.

“Ini mencegah invasi militer dan pergantian rezim agar tidak disahkan. Ini melindungi keamanan negara-negara Asia Tenggara lainnya, dan dengan tegas membentuk arah wilayah tersebut," lanjut Lee.

Dalam sebuah posting Facebook dengan kata-kata yang keras pada Kamis malam, Hun Sen mengatakan dia sangat menyesalkan pernyataan Lee dan menuduhnya mendukung genosida Khmer Merah.

"Pernyataannya mencerminkan posisi Singapura saat itu dalam mendukung rezim genosida dan keinginan untuk kembali ke Kamboja," kata Hun Sen, seperti dikutip Reuters, Jumat (7/6/2019).

"Singapura memang berkontribusi terhadap pembantaian rakyat Kamboja," lanjut Hun Sen.

Invasi Vietnam dan pendudukan 10 tahun di Kamboja mengakhiri rezim Pol Pot, yang menghancurkan negara Asia Tenggara tersebut selama lebih dari tiga tahun, dari tahun 1975 hingga awal 1979. Invasi itu juga menyebabkan kematian hampir seperempat populasi.

Asia Tenggara terbelah oleh permusuhan Perang Dingin pada saat itu. Singapura dan Thailand adalah bagian dari ASEAN yang beranggotakan enam negara yang didirikan pada 1960-an, yang sebagian tujuannya untuk memblokir penyebaran komunisme.

Saat itu, rezim Khmer Merah Kamboja didukung oleh China, sedangkan Vietnam didukung oleh musuh komunis China, Uni Soviet.

Hun Sen adalah anggota junior Khmer Merah, tetapi melarikan diri ke Vietnam ketika kelompok itu berpisah. Dia kembali dengan tentara Vietnam yang turun tangan pada akhir 1978 untuk menggulingkan Khmer Merah Pol Pot dan naik ke tampuk kekuasaan dalam pemerintahan yang dibentuk oleh Vietnam.

Hun Sen mengatakan komentar Lee adalah "penghinaan terhadap pengorbanan sukarelawan militer Vietnam yang membantu membebaskan Kamboja".

Lee membuat komentar serupa di sebuah forum keamanan di Singapura pada akhir pekan lalu, dengan mencatat bagaimana invasi Vietnam ke Kamboja telah menjadi ancaman serius bagi negara-negara non-komunis di wilayah tersebut.

Pada hari Selasa lalu, Kementerian Luar Negeri Vietnam mengatakan telah mengangkat masalah komentar Lee dengan Singapura.

"Vietnam menyesalkan bahwa unsur-unsur tertentu dari pidato tidak melihat sejarah di bawah lensa objektif, menyebabkan dampak negatif pada opini publik," kata juru bicara kementerian itu, Le Thi Thu Hang, dalam sebuah pernyataan.

Kedutaan Besar Singapura di Phnom Penh tidak menanggapi permintaan komentar. Seorang juru bicara Lee juga tidak membuat komentar.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4127 seconds (0.1#10.140)