Pertama di UEA, Muslim, Kristen dan Hindu Buka Puasa Bersama di Gereja

Senin, 13 Mei 2019 - 08:18 WIB
Pertama di UEA, Muslim, Kristen dan Hindu Buka Puasa Bersama di Gereja
Pertama di UEA, Muslim, Kristen dan Hindu Buka Puasa Bersama di Gereja
A A A
RAS AL KHAIMAH - Sebuah gereja di Ras Al Khaimah, Uni Emirat Arab (UEA) membuka pintunya bagi umat Islam untuk berbuka puasa Ramadhan untuk pertama kalinya. Uniknya, umat Kristen dan Hindu diajak ikut serta.

Buka puasa atau Iftar bersama pada hari Kamis pekan lalu itu dijalani sekelompok ekspatriat. Kegiatan itu selaras dengan visi UEA yang menetapkan tahun 2019 sebagai "Tahun Toleransi".

Gereja yang jadi tempat buka puasa bersama itu adalah Gereja Anglikan St Luke di UEA Utara. Para ekspatriat didominasi warga asal Kerala, India. Ini merupakan kegiatan pertama kali di negara Arab tersebut.

Gereja Anglikan St Luke adalah bagian dari Chaplaincy Dubai dan Sharjah dengan UEA Utara, di dalam Keuskupan Anglikan Siprus dan Teluk. Keusukupan itu adalah satu dari empat Keuskupan yang membentuk Gereja Episkopal di Yerusalem dan Timur Tengah, yang juga merupakan provinsi dalam Persekutuan Anglikan di seluruh dunia.

Ada lima gereja dalam kapelan; Gereja Anglikan St Luke, Ras Al Khaimah; Gereja Anglikan St Nicholas, Fujairah; Gereja Anglikan St Martin, Sharjah; Gereja Kristus (Anglikan), Jebel Ali; dan Gereja Anglikan Tritunggal Mahakudus, Dubai.

Imam kepala dari tiga kelompok agama—Hindu, Kristen dan Muslim—datang bersama untuk menyebarkan pesan perdamaian, cinta dan harmoni di antara komunitas ekspatriat di UEA.

Acara yang berjudul "Vishu Easter and Iftar Meet", diselenggarakan oleh RAK ​​Knowledge Theatre bersama dengan kelompok masyarakat lainnya, termasuk Pusat Kebudayaan Muslim Kerala yang berbasis di UEA.

Seorang pendeta Hindu Swami Sandeep Anandagiri terbang dari Trivandrum, Kerala untuk menyampaikan pesan khusus di acara tersebut.

"Kami membutuhkan lebih banyak platform seperti ini untuk menyebarkan pesan cinta dan perdamaian. Sangat mengerikan hidup dalam kebencian dan kekerasan. Negara bagian Kerala di India sebagian besar sekuler. Dan saya di sini menyebarkan pesan ini di Iftar khusus. Saya belum pernah melihat peristiwa seperti ini di mana umat Islam berbuka puasa dan melakukan salat usai Iftar di dalam gereja," kata Anandagiri kepada Gulf News, Minggu (12/5/2019).

"Itu adalah momen yang indah, seseorang akan dihargai untuk waktu yang lama. Sikap adalah kuncinya. Jika kita melihat hal-hal secara positif dan dengan cara yang benar, kita akan dapat membuat perbedaan positif di sekitar kita," ujar Anandagiri, yang merupakan ketua dan direktur pengelola Sekolah Bhagavad Gita di Trivandrum, Kerala.

“Di Kerala, kerukunan antaragama adalah hal biasa. Orang-orang dari agama yang berbeda berkumpul bersama dalam pernikahan dan itu tidak dianggap sebagai masalah besar di negara bagian. Kami berdiri sebagai satu keluarga yang diikat bersama dalam cinta dan penghormatan. Itulah mengapa acara ini sangat berarti bagi saya," ujarnya.

Pastor Kent Middleton, yang berasal dari Afrika Selatan, mengatakan dia antusias menjadi tuan rumah Iftar sekuler dan akan melakukannya secara teratur ke depan.

“Seluruh etos di baliknya adalah fakta bahwa 2019 adalah Tahun Toleransi. Kami memiliki hak istimewa yang luar biasa di UEA untuk hidup, bekerja dan beribadah bersama. Masyarakat di seluruh dunia terpecah-pecah dan patah di mana ada begitu banyak kekurangan dalam hal rasa hormat dan martabat satu sama lain. Namun, di sini di UAE, kami menunjukkan kepada orang-orang bagaimana kita semua hidup dengan harmonis. Kami dapat menemukan kesatuan dalam keanekaragaman," paparnya.

"Sebagai seorang pendeta saya harus membawa aspek agama untuk itu. Terlepas dari perbedaan kita, kita semua adalah kreator dalam image Tuhan. Karena itu saya melihat kami sederajat dan kami adalah satu keluarga besar. Sebuah pemandangan untuk dilihat adalah melihat saudara-saudara Muslim saya salat di dalam bangunan gereja. Itu sangat mengharukan."

Pastor Nelson Fernandes, mantan pastor paroki dari gereja Anglikan St. Luke dan pendeta misi saat ini kepada para pelaut di Dubai, mengatakan: “Selama 13 tahun saya tinggal di UEA, saya belum pernah melihat yang seperti ini. Setahu saya, ini adalah pertama kalinya sebuah gereja mengadakan salat usai Iftar di dalam bangunannya. Saya melayani sebagai pastor paroki di gereja selama delapan tahun dan gereja dibangun di bawah kepemimpinan saya. Hari ini telah menciptakan sejarah dan saya bangga saya adalah bagian dari semuanya."

"Ketika RAK Knowledge Theatre memiliki visi ini untuk merayakan Iftar sekuler, saya mendekati penerus saya di gereja, Pendeta Kent Middleton agar membuka gereja untuk salat usai Iftar dan dia tidak perlu meyakinkan sama sekali," kata Fernandes.

Fernandes mengatakan, petang dimulai sekitar pukul 17.00 sore ketika orang-orang mulai datang ke gereja. Pidato utama disampaikan oleh Swamiji dan dia mengakhiri pembicaraan tepat sebelum Iftar.

"Pesan saya kepada semua orang yang hadir adalah bahwa tidak ada orang yang benar-benar percaya pada Tuhan bisa menjadi teroris karena setiap agama di dunia ini mengajarkan cinta dan perdamaian. Orang yang tidak percaya pada cinta manusia tidak bisa mencintai Tuhan," katanya.

Saidalavi Thayatt, sekretaris jenderal Pusat Kebudayaan Muslim Kerala, sangat setuju. “Agenda utama malam itu adalah untuk merayakan Ramadhan dan mengambil bagian dalam Iftar sebagai satu komunitas besar. Tidak ada hambatan karena semua orang duduk bersama dan menikmati Iftar. Setelah makan, semua orang melakukan salat di dalam gereja itu sendiri. Itu benar-benar momen yang hebat."

George Samuel, presiden RAK Knowledge Theatre mengonfirmasi lebih dari 500 orang hadir pada acara hari Kamis tersebut.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4306 seconds (0.1#10.140)