Pascabom Minggu Paskah, Para Muslim Sri Lanka Dirundung Ketakutan

Jum'at, 10 Mei 2019 - 18:14 WIB
Pascabom Minggu Paskah, Para Muslim Sri Lanka Dirundung Ketakutan
Pascabom Minggu Paskah, Para Muslim Sri Lanka Dirundung Ketakutan
A A A
RATHMALYAYA - N.K. Masliya mengatakan dia telah mengunjungi klinik lingkungan di desa Rathmalyaya di Sri Lanka barat laut selama lebih dari lima tahun dengan selalu mengenakan abaya hitam— pakaian luar seperti jubah yang dikenakan oleh beberapa wanita Muslim.

Tetapi ketika Masliya pergi ke klinik hampir tiga minggu setelah kelompok militan Islam membunuh lebih dari 250 orang dengan serangan bom di gereja-gereja dan hotel-hotel di berbagai lokasi, dia mengatakan banyak hal telah berubah.

Wanita berusia 36 tahun itu mengatakan dia sedang mengantre dengan putrinya yang berusia lima tahun ketika seorang perawat menyuruhnya melepas abaya, dengan mengatakan; "Bagaimana jika Anda meledakkan kami dengan bom Anda?"

Kelompok-kelompok Muslim mengatakan mereka telah menerima puluhan pengaduan dari seluruh Sri Lanka tentang orang-orang dari masyarakat yang dilecehkan di tempat kerja, termasuk kantor-kantor pemerintah, rumah sakit dan di angkutan umum sejak serangan bom pada Minggu Paskah, 21 April lalu.

Pemerintah menyalahkan dua kelompok Islam radikal dalam serangan itu, salah satunya National Tawheed Jamath (NTJ) atau Jamaah Tauhid Nasional. Sedangkan kelompok Islamic State atau ISIS telah mengaku bertanggung jawab.

Di kota Negombo, di mana lebih dari 100 orang terbunuh di Gereja St Sebastian selama doa Paskah, banyak pengungsi Pakistan mengatakan mereka melarikan diri setelah ancaman balas dendam dari penduduk setempat.

Sekarang, kemarahan terhadap umat Islam telah menyebar. Pada hari Minggu, bentrokan sengit pecah antara komunitas Muslim lokal dan Kristen setelah sengketa lalu lintas.

"Kecurigaan terhadap mereka (Muslim) dapat tumbuh dan akan ada serangan lokal," kata Jehan Perera dari kelompok advokasi non-partisan, Dewan Perdamaian Nasional. "Itu akan menjadi bahaya."

Larangan kerudung wajah (cadar) dan pencarian rumah-ke-rumah oleh pasukan keamanan di lingkungan mayoritas Muslim di seluruh negeri telah menambah ketidakpercayaan.

Pemerintah mengaku menyadari adanya ketegangan di antara masyarakat dan memantau situasi dengan cermat.

"Pemerintah secara sadar berdialog dengan semua pemimpin agama dan pemimpin masyarakat," kata Nalaka Kaluwewa, direktur jenderal informasi Sri Lanka, kepada Reuters. Menurutnya, keamanan telah ditingkatkan di seluruh negeri untuk menghindari ketegangan komunal.

Buddha Garis Keras


Muslim membentuk hampir 10 persen dari populasi 22 juta penduduk Sri Lanka, yang sebagian besar beragama Buddha. Pulau di Samudra Hindia itu hancur selama beberapa dekade oleh perang saudara antara separatis dari minoritas Tamil yang didominasi Hindu dengan pemerintah yang didominasi Buddha Sinhala.

Pemerintah menghentikan pemberontakan sekitar 10 tahun yang lalu.

Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok garis keras Buddha, yang dipimpin oleh Bodu Bala Sena (BBS) atau "Pasukan Kekuatan Buddha", telah memicu permusuhan terhadap Muslim, dengan mengatakan pengaruh dari Timur Tengah telah membuat Muslim Sri Lanka lebih konservatif dan terisolasi.

Tahun lalu, sejumlah masjid, rumah, dan bisnis Muslim dihancurkan ketika sekelompok umat Buddha mengamuk selama tiga hari di Kandy, distrik dataran tinggi yang sebelumnya terkenal akan keanekaragaman dan toleransinya.

Kekerasan di Kandy dipicu oleh serangan terhadap seorang pengemudi truk Buddha oleh empat pria Muslim setelah terjadi perselisihan lalu lintas. Pengemudi itu kemudian meninggal karena cedera.

Kepala eksekutif BBS Dilantha Vithanage mengatakan ketika pemerintah Sri Lanka berturut-turut gagal mengatasi apa yang disebutnya peningkatan ekstremisme Islam, warga Sri Lanka mungkin terpaksa melakukannya sendiri.

"Ini bahaya yang lebih besar daripada separatisme Tamil," kata Vithanage kepada Reuters, Jumat (10/5/2019).

Menteri Pertahanan Sri Lanka, Ruwan Wijewardene, mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengekang radikalisasi tetapi mengakui bahwa ketegangan komunal adalah masalah besar.

Boikot Bisnis


Di Batticaloa, sebuah kota timur yang sebagian besar dihuni oleh orang-orang Kristen dan Hindu dan tempat seorang pembom dari kota tetangga menyerang sebuah gereja injili pada hari Paskah, sebuah kelompok Tamil menyerukan pemboikotan bisnis-bisnis yang dijalankan oleh Muslim.

Pemimpin serangan pada Minggu Paskah, pengkhotbah Zahran Hashim, dan pembom yang menargetkan Gereja Sion di Batticaloa adalah penduduk asli Kattankudy, kota tetangga yang didominasi Muslim.

"Jika Anda memiliki martabat, berhentilah membeli dari toko-toko Muslim," bunyi selebaran bertinta merah yang didistribusikan di Batticaloa dan diproduksi oleh kelompok yang disebut "Pemuda Tamil, Provinsi Timur".

Dua anggota kelompok itu, yang keduanya mengatakan kehilangan kerabat dalam ledakan di gereja, mengatakan kepada Reuters bahwa kebencian telah berlangsung bertahun-tahun terhadap rakyat Kattankudy.

"Mereka selalu memusuhi kita. Mereka tidak makan dari tempat kita. Jika mereka akan tumbuh dengan mengisolasi diri mereka sendiri, kita mungkin juga," kata salah satu dari mereka, berbicara dengan syarat anonim.

Bisnis telah anjlok di sekitar 250 toko milik Muslim di Batticaloa dan beberapa akan terpaksa tutup kecuali penjualan meningkat. Demikian keluhan Mohamed Kaleel, wakil presiden Asosiasi Pedagang Batticaloa.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4418 seconds (0.1#10.140)