Serangkaian Teror Bom Guncang Sri Lanka, Korban Tewas 207 Orang

Senin, 22 April 2019 - 06:35 WIB
Serangkaian Teror Bom Guncang Sri Lanka, Korban Tewas 207 Orang
Serangkaian Teror Bom Guncang Sri Lanka, Korban Tewas 207 Orang
A A A
COLOMBO - Delapan serangan bom yang menargetkan 3 gereja dan 3 hotel mewah di Sri Lanka menewaskan sedikitnya 207 orang. Serangkaian ledakan bom terencana itu membuat pemerintah mendeklarasikan jam malam dan menutup akses ke media sosial dan situs pesan, termasuk Facebook dan WhatsApp. Aparat telah menangkap 7 orang, tetapi 3 polisi tewas saat penggerebekan di satu rumah di Colombo kemarin.

Jumlah korban tewas dapat terus bertambah akibat serangan bom di sejumlah lokasi ini. “Seluruhnya kami memiliki informasi 207 orang tewas dari semua rumah sakit. Menurut informasi, hingga sekarang 450 orang terluka dan dibawa ke rumah sakit,” papar juru bicara Kepolisian Sri Lanka Ruwan Gunasekera di Colombo.

Perincian lebih lanjut tentang penggerebekan tersangka pelaku serangan bom di ibu kota Sri Lanka ini belum dapat diperoleh. Serangan bom ini merupakan kekerasan terbesar yang terjadi di Sri Lanka sejak berakhirnya perang sipil 10 tahun silam. “Lebih dari 50 orang tewas di gereja Katolik St Sebastian di Katuwapitiya, utara Colombo,” papar petugas kepolisian kepada Reuters.

Sejumlah gambar menunjukkan jasad para korban yang tergeletak di lantai, darah di bangku gereja, dan atap yang hancur. Media melaporkan 25 orang lainnya tewas dalam serangan di gereja di Batticaloa, Provinsi Eastern. Tiga hotel yang terkena serangan bom adalah Shangri-La Colombo, Kingsbury Hotel di Colombo, dan Cinnamon Grand Colombo. Belum jelas mengenai jumlah korban tewas dan terluka di hotel-hotel tersebut.

“Ada 9 warga asing di antara korban tewas,” papar sejumlah pejabat Sri Lanka. Dua warga Turki dilaporkan tewas dalam serangan itu. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. Negara ini telah puluhan tahun berperang melawan para separatis Tamil hingga 2009. Selama konflik tersebut, serangan bom sering terjadi di ibu kota negara.

Komunitas kristiani mengaku menghadapi peningkatan intimidasi dari sejumlah kelompok ekstrem Buddha dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu terjadi konflik antara mayoritas komunitas Buddha Sinhalese dan minoritas muslim. Beberapa kelompok garis keras Buddha menuduh muslim memaksa orang untuk berpindah memeluk Islam.

Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe segera menggelar rapat Dewan Keamanan Nasional di rumahnya kemarin. “Saya sangat mengecam serangan pengecut kepada rakyat kami hari ini. Saya menyeru semua warga Sri Lanka selama masa tragis ini untuk tetap bersatu dan kuat,” paparnya melalui Twitter.

“Tolong hindari menyebarkan laporan yang tidak diverifikasi dan spekulatif. Pemerintah mengambil langkah-langkah segera untuk mengatasi situasi ini,” cuitnya. Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena telah memerintahkan pasukan khusus kepolisian dan militer untuk menyelidiki dalang serangan ini dan agenda para pelaku. Militer telah dikerahkan untuk memburu para pelaku dan keamanan ditingkatkan di bandara internasional Colombo.

Salah satu ledakan bom terjadi di Gereja Katolik St Anthony's Shrine di Kochcikade, Colombo, yang menjadi tujuan wisata utama. St Sebastian mengunggah sejumlah gambar dari dalam gereja yang hancur akibat ledakan bom di halaman Facebook mereka. Mereka meminta bantuan dari publik.

Tahun lalu terjadi sekitar 86 insiden terverifikasi terkait diskriminasi, ancaman, dan kekerasan terhadap umat Nasrani di Sri Lanka menurut data Aliansi Evangelis Kristiani Nasional Sri Lanka (NCEASL) yang mewakili lebih dari 200 gereja dan organisasi Kristen lainnya.

Sepanjang tahun ini NCEASL telah mencatat 26 insiden, termasuk saat sejumlah biksu Buddha berupaya mengganggu layanan doa Minggu yang terjadi pada 25 Maret lalu. Populasi Sri Lanka ada sekitar 22 juta jiwa dengan komposisi 70% penganut Buddha, 12,6% Hindu, 9,7% |Islam, dan 7,6% Nasrani. Demikian menurut data sensus pemerintah pada 2012.

Menteri Pendidikan Sri Lanka Akila Viraj Kariyawasam mengumumkan sekolah libur pada Senin (22/4) dan Selasa (23/4) saat umat kristiani merayakan kebangkitan Yesus Kristus pada Hari Paskah. Paus Franciskus dalam pidato Minggu Paskah mengecam kekerasan yang terjadi di Sri Lanka.

Franciskus berbicara di depan sekitar 70.000 orang di Lapangan St Peter untuk menyerukan perdamaian, mendesak politisi agar berhenti melakukan perlombaan senjata serta seruan untuk menyambut para pengungsi yang kelaparan dan menghentikan pelanggaran hak asasi manusia.

“Saya mengetahui dengan sedih dan terluka tentang kabar serangan mengerikan, yang tepat terjadi hari ini, Hari Paskah, yang membawa duka dan luka pada gereja dan tempat lain di mana orang berkumpul di Sri Lanka,” papar Paus dalam pidato Urbi et Orbi (Kepada Kota dan Dunia).

Paus yang pernah mengunjungi Sri Lanka pada 2015 itu menambahkan, “Saya ingin mengungkapkan kedekatan hati saya kepada komunitas kristiani yang terkena serangan saat berkumpul untuk berdoa dan kepada semua korban kekerasan keji itu.” Saat berbicara di balkon tengah Basilika, St Peter, Paus menyerukan perdamaian di berbagai wilayah konflik.

“Pada banyak penderitaan di masa kita, semoga Tuhan Kehidupan tidak menemukan kita dingin dan mengabaikan,” kata Paus. “Semoga Dia membuat kita membangun jembatan, bukan dinding. Semoga Yang Esa memberi kita kedamaian-Nya untuk mengakhiri bising senjata, baik di wilayah konflik maupun di kota-kota kita, dan menginspirasi para pemimpin bangsa untuk bekerja mengakhiri perlombaan senjata,” papar Paus.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3371 seconds (0.1#10.140)