Korban Selamat Racun Novichok Ingin Bertemu Putin

Minggu, 07 April 2019 - 10:34 WIB
Korban Selamat Racun Novichok Ingin Bertemu Putin
Korban Selamat Racun Novichok Ingin Bertemu Putin
A A A
LONDON - Korban selamat dari serangan racun saraf di kota Amesbury, Inggris, pada awal Juli lalu menyatakan ingin bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Charlie Rowley telah menyampaikan permintaannya itu kepada Duta Besar Rusia untuk Inggris Alexander Yakovenko.

Pada hari Sabtu kemarin, Yakovenko bertemu dengan Rowley dan saudaranya Matthew untuk membahas situasi seputar penyelidikan insiden serangan racun di Salisbury dan Amesbury.

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar lokal, Sunday Mirror, Rowley mengatakan permintaan kemungkinan untuk bertemu dengan Putin. Menanggapi hal itu, Yakovenko mengatakan ia akan menyampaikan permintaan Rowley kepada Presiden Rusia dan menanyakan di mana ia ingin bertemu.

Selain itu, surat kabar melaporkan bahwa, menurut Rowley, Yakovenko berjanji untuk mengiriminya email setelah yang terakhir berbicara dengan presiden atau kalau-kalau ia menerima informasi baru seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (7/4/2019).

Pada 4 Juli 2018, polisi Inggris melaporkan "insiden serius" di Amesbury, di mana dua orang terpapar zat yang tidak diketahui dan dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis. Tak lama kemudian, polisi mengumumkan bahwa pasangan itu, Dawn Sturgess dan Charlie Rowley, diyakini telah bersinggungan dengan barang yang diduga terkontaminasi dengan zat saraf militer yang sama dengan yang diduga digunakan dalam serangan terhadap mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal.

Sturgess kemudian meninggal dunia di rumah sakit pada 8 Juli, sementara pacarnya, Rowley, selamat dan keluar dari rumah sakit pada 20 Juli.

Mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia dilaporkan ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah bangku di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury pada bulan Maret tahun lalu. Inggris menuduh Moskow mengatur serangan itu, dengan apa yang diklaim para ahli Inggris zat saraf A234 atau Novichok. Moskow membantah tuduhan itu dan berulang kali menyatakan kurangnya bukti yang diberikan oleh London.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2901 seconds (0.1#10.140)