Investigator Berhasil Mengunduh Rekaman Suara Kokpit

Senin, 18 Maret 2019 - 06:11 WIB
Investigator Berhasil Mengunduh Rekaman Suara Kokpit
Investigator Berhasil Mengunduh Rekaman Suara Kokpit
A A A
ADDIS ABABA - Investigator berhasil mengunduh rekaman suara kokpit pesawat Ethiopian Airlines yang mengalami kecelakaan di Addis Ababa dan menewaskan 157 orang. Keberhasilan pengambilan data itu memberi harapan untuk mengungkap penyebab kecelakaan tersebut. Beberapa informasi baru juga muncul dari penerbangan itu.

Saat para pakar menyatakan masih terlalu dini untuk mengetahui penyebab jatuhnya Boeing 737 MAX 8 pada 10 Maret itu, otoritas penerbangan global telah menghentikan operasional pesawat jenis itu. Harga sama Boeing pun terus merosot akibat langkah itu.

Di Addis Ababa, sumber yang mendengarkan rekaman komunikasi pesawat dengan kontrol lalu lintas udara menjelaskan, penerbangna 302 itu mengalami kecepatan tinggi yang tidak biasa setelah lepas landas, sebelum pesawat melaporkan sejumlah masalah dan meminta izin naik dengan cepat.

Suara dari kokpit Boeing BA.N 737 MAX meminta naik ke ketinggian 14.000 kaki di atas permukaan laut, sekitar 6.400 kaki di atas bandara, sebelum segera meminta kembali mendarat ke bandara. Sumber tersebut menjelaskan pada Reuters secara anonim karena rekaman itu bagian dari investigasi yang masih berlangsung.

Pesawat itu kemudian hilang dari radal pada ketinggian 10.800 kaki. “Dia mengatakan dia mengalami masalah kontrol penerbangan. Itulah mengapa dia ingin naik,” papar sumber tersebut, dilansir Reuters. Tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang masalah yang sebenarnya terjadi dan suara pilot terdengar gugup.

Para pakar menyatakan pilot biasanya meminta naik saat mengalami masalah dekat tanah untuk mendapat peluang melakukan manuver dan menghindari masalah medan yang sulit. Addis Ababa dikelilingi oleh perbukitan dan di bagian utara terdapat Pegunungan Entoto.

Di Paris, badan investigasi udara Prancis (BEA) menjelaskan, data dari rekaman suara kokpit pesawat telah berhasil diunduh. BEA menyatakan dalam tweetnya bahwa mereka belum mendengarkan file audio itu dan data telah diserahkan pada para investigator Ethiopia.

BEA juga mengelukan foto yang menunjukkan kotak hitam pesawat tersebut. “Kami menunggu hasilnya. Kami melakukan semua upaya yang diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan,” papar Menteri Transportasi Ethiopia Dagmawit Moges pada para jurnalis di Addis Ababa. “Investigasi jenis ini memperlukan waktu untuk mencapai kesimpulan kongkrit,” ujar Moges.

Maskapai asal Ethiopia itu menjelaskan tes DNA pada jasad korban pesawat mungkin memerlukan waktu hingga enam bulan. Maskapai menawarkan pada pihak keluarga untuk mengambil tanah terbakar dari lokasi kecelakaan pesawat untuk dikuburkan di tempat asal mereka masing-masing. Para penumpang dari 35 negara berada di kabin pesawat itu.

“Kami diberi tahu oleh perusahaan bahwa kami akan mendapat satu kilo tanah untuk pemakaman di Gereja Selassie untuk pemakaman yang mereka gelar,” kata seorang anggota keluarga korban. Sisa jasad para korban akan membutuhkan waktu enam bulan untuk identifikasi dan diserahkan pada pihak keluarga. Hingga menunggu saat itu, keluarga korban akan mendapat tanah dari lokasi kecelakaan tersebut.

Moges menjelaskan, sertifikat kematian sementara telah diberikan para keluarga korban. Pengumpulan sampel DNA dari kerabat korban telah mulai dilakukan. “Identifikasi korban akan mengikuti standar ilmiah internasioanl dan berbagai organisasi yang diakui secara internasional seperti Interpol akan terlibat dalam proses tersebut,” ungkap dia.

Saat keluarga korban menungu hasil investigasi, maskapai itu menggelar upacara mengenang para korban di Kidist Selassie atau Katedral Trinitas Suci di Addis Ababa. Sekitar 100 keluarga korban, termasuk saudara dan ayah pilot Yared Getachew berkumpul di lokasi memorial untuk para korban di Kedutaan Besar (Kedubes) Kenya.

“Mimpinya menjadi seorang pilot. Dia cerdas, pekerja keras, dia memiliki etika kerja yang konsisten. Saya ingin mengungkap catatannya dan dia bintang yang bersinar di Ethiopian Airlines,” tutur Meno Getachew Tessema, saudara kandung Yared. Data penerbangan telah menunjukkan beberapa kemiripan dengan kecelakaan pesawat serupa yang dioperasikan Lion Air pada Oktober tahun lalu di Indonesia yang menewaskan 189 orang.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3798 seconds (0.1#10.140)