Tak Punya Uang, Pengantin ISIS asal Australia Ingin Pulang

Kamis, 14 Maret 2019 - 09:42 WIB
Tak Punya Uang, Pengantin ISIS asal Australia Ingin Pulang
Tak Punya Uang, Pengantin ISIS asal Australia Ingin Pulang
A A A
SYDNEY - Seorang pengantin perempuan ISIS asal Australia yang tinggal di Kamp al-Hol, Suriah utara, menyampaikan keinginannya untuk pulang ke negara asalnya. Dia mengeluh tidak punya uang dan kedua anaknya sakit di kamp pengungsi.

Perempuan itu menolak diidentifikasi, namun diyakini oleh media-media Australia bernama Zehra Duman, 24, yang meninggalkan Melbourne tahun 2014. Dia pernah menyerukan serangan keracunan massal di restoran Australia.

Dia tinggal di Kamp al-Hol, sebuah kamp pengungsi yang didirikan untuk keluarga militan ISIS atau Islamic State. Dia mengatakan kepada ABC bahwa anak-anaknya memerlukan perhatian medis dan makanan dan dia ingin kembali ke Australia.

Dia memiliki seorang putra berusia dua tahun dan seorang putri berusia enam bulan, yang dia klaim tidak menerima makanan apa pun dan menjadi kurus.

“Saya ingin kembali ke negara saya. Saya pikir semua orang memintanya karena saya warga negara Australia," katanya kepada ABC, yang dilansir Kamis (14/3/2019).

“Kedua anak saya sakit. (Anak saya) sangat kekurangan gizi, dia sangat kurus," katanya. “Saya tidak punya uang, saya tidak diizinkan punya uang, mereka tidak memberi kami makanan di sini dan mereka tidak membiarkan kami menghubungi keluarga kami," ujarnya.

"Putri saya membutuhkan susu dan saya tidak punya uang untuk membeli susunya. Saya tidak tahu harus berbuat apa sekarang," paparnya.

“Saya mengerti kemarahan yang mereka miliki terhadap banyak dari kita di sini, tetapi anak-anak tidak perlu menderita. Anda tahu anak-anak saya berhak setidaknya diperlakukan seperti anak-anak normal."

Menurut laporan media tersebut, Zehra Duman meninggalkan rumahnya di Melbourne pada tahun 2014 untuk menikahi seorang militan ISIS yang dia kenal dari sekolah. Dia menikah dengan Mahmoud Abdullatif yang terbunuh dalam pertempuran lima minggu setelah mereka menikah.

Duman sangat produktif di media sosial. Dia aktif menyebarkan propaganda ISIS dan menghasut tindakan kekerasan saat bersama kelompok teroris tersebut. Salah satu seruannya adalah melakukan serangan racun massal di restoran Australia.

Dia bertindak sebagai perekrut untuk anggota ISIS. Dia pernah mengejek pemerintah Australia."Tangkap saya jika Anda bisa," tulis dia media sosial yang ditujukan untuk pemerintah Australia, di mana dia berpose dengan senjata otomatis.

Ketika Duman berbicara dengan ABC bulan lalu, dia menjelaskan bahwa dia mengikuti suami pertamanya ke Suriah setelah bertemu dengannya saat remaja di sekolah.

“Saya mulai berbicara dengannya secara online, kembali berhubungan dengannya, dia religius dan semacamnya. Saya bukan Muslim seumur hidup saya. Saya datang ke sini untuk menikah dengannya," katanya.

Setelah Abdullatif tewas dalam pertempuran, Dumam menikah lagi dengan militan ISIS lainnya yang juga tewas dalam pertempuran dua bulan lalu, selama runtuhnya "kekhalifahan" ISIS. Duman menjelaskan bahwa dia mengemasi tasnya dan mencoba keluar sendirian.

Wanita Australia itu mengklaim bahwa dia mencoba melarikan diri dari ISIS selama dua tahun terakhir, tetapi tidak bisa.

"Tidak ada yang mengerti bahwa Anda tidak dapat meninggalkan tempat itu tanpa uang, dan tidak ada uang yang boleh dikirim, jadi Anda tertinggal di lubang," katanya.

Ketika pertempuran semakin intensif di wilayah itu dan benteng-benteng ISIS mulai runtuh, para pejabat Suriah bernegosiasi dengan ISIS untuk mengizinkan warga sipil meninggalkan daerah itu. Hampir 30.000 pengungsi kini tinggal di kamp-kamp pengungsi.

Wanita itu, yang hanya mengidentifikasi dirinya sebagai orang Australia, mengatakan tidak ada kedutaan dan dia tidak bertemu dengan pejabat mana pun saat berada di kamp.

“Saya belum melihat kedutaan (resmi) atau apa pun. Kami tidak tahu apa yang terjadi. Kami tidak diizinkan telepon di sini, kami tidak diizinkan berbicara dengan keluarga kami," katanya.

"Dunia berbicara tentang membawa kita kembali dan apa pun itu dan kita benar-benar (berdoa) agar kita bisa keluar dari tempat ini," ujarnya.

Dia mengaku melakukan kontak dengan keluarganya sebelum meninggalkan rumahnya di Baghuz dan mereka sadar dia ada di kamp. "Mereka berusaha melihat apa yang akan terjadi dengan saya, ini adalah situasi yang sulit," katanya.

Pihak berwenang di kamp pengungsi mengatakan para wanita dan anak-anak diberikan perawatan medis tiga kali sehari.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3571 seconds (0.1#10.140)