AS dan Jepang Ingin Kerahkan 1.000 Satelit untuk Deteksi Rudal Canggih

Kamis, 20 Agustus 2020 - 00:51 WIB
loading...
AS dan Jepang Ingin...
Roket H-2A pembawa satelit Jepang saat diluncurkan dari Tanegashima Space Center di Prefektur Kagoshima 10 Oktober 2017. Foto/Kyodo/via REUTERS
A A A
TOKYO - Amerika Serikat (AS) dan Jepang berencana untuk mengerahkan lebih dari 1.000 miniatur satelit di orbit rendah Bumi. Misinya adalah untuk mendeteksi dan melacak rudal generasi berikutnya yang sedang dikembangkan untuk menghindari sistem pertahanan yang ada saat ini.

Nikkei Asian Review pada Rabu (19/8/2020) melaporkan proyek ini diperkirakan menelan biaya lebih dari USD9 miliar di bawah rencana AS dan beroperasi pada pertengahan 2020-an. Kedua pihak akan menjelaskan detail pengaturannya.

Langkah Tokyo dan Washington ini sebagai tanggapan atas semakin luasnya dan kecanggihan persenjataan rudal yang sedang dikembangkan oleh China, Rusia, dan Korea Utara. Proyek ini juga muncul ketika beberapa negara mulai melihat ruang angkasa sebagai perbatasan terakhir perang.(Baca: AS-Jepang Akan Bangun Jaringan Satelit Pendeteksi Rudal )

China telah menaikkan anggaran pertahanan tahun ini 6,6 persen menjadi sekitar USD180 miliar. Negara Tirai Bambu ini memiliki sekitar 2.000 unit rudal jarak menengah yang mampu menyerang Jepang. Beijing juga memiliki ratusan hulu ledak nuklir di bawah "ikat pinggang"-nya, dan para ahli mengatakan jumlahnya akan meningkat dua kali lipat selama satu dekade berikutnya.

China secara strategis memanfaatkan ancaman misilnya untuk menjaga negara lain tetap berada di teluk saat terlibat dalam kegiatan ekspansionis maritim. Beijing menggunakan persenjataan misilnya untuk merusak keseimbangan militer di Asia Timur, dan dengan demikian meningkatkan pengaruh diplomatiknya.

Korea Utara, yang memiliki ratusan rudal jarak menengah Nodong, melanjutkan upayanyauntuk membuat miniatur hulu ledak nuklir. Rudal jarak jauh dan senjata nuklirnyaberfungsi sebagai chip tawar dalam hubungan diplomatik dengan AS.

Semua ancaman itu menggunakan rudal yang terbang sesuai dengan lintasan parabolasederhana, membuat senjata mudah dilacak dengan sistem satelit dan radar yang dipasang oleh Jepang dan AS. Dalam kasus Jepang, pencegat rudal dikerahkan di kapal yang dilengkapi sistem Aegis, serta rudal Patriot suface-to-air, bertugas menembak jatuh rudal yang masuk jika terjadi konflik.

Namun, China, Rusia, dan Korea Utara sedang mengembangkan senjata baru yang dirancang untuk menghindari perisai rudal AS dan Jepang. China dan Rusia membuat kemajuan dalam rudal hipersonik—yang terbang dengan kecepatan tinggi di ketinggian rendah. Korea Utara sedang bereksperimen dengan rudal yang dapat mengubah lintasannya.

Karena jaringan satelit saat ini beroperasi di ketinggian 36.000 km, akan sulit bagi mereka untuk mendeteksi rudal baru ini. Radar berbasis darat juga tidak akan sepenuhnya mampu untuk tugas tersebut. Ini telah memicu kekhawatiran bahwa pertahanan rudal akan dilumpuhkan, meniadakan efek pencegahan terhadap negara-negara musuh. (Baca juga: China Pamer Rudal Hibrida, Sekali Tembak Habisi Seluruh Lapangan Udara )

Untuk mengatasi hal ini, AS berencana meluncurkan satelit orbit rendah pada ketinggian antara 300 km hingga 1.000 km. Washington berencana meluncurkan lebih dari 1.000 miniatur satelit observasi, dengan 200 satelit yang dilengkapi dengan sensor inframerah pendeteksi panas yang dirancang untuk pertahanan rudal.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1812 seconds (0.1#10.140)