Berbeda dengan Inggris, Jerman Tidak Larang Sayap Politik Hizbullah

Sabtu, 09 Maret 2019 - 14:41 WIB
Berbeda dengan Inggris, Jerman Tidak Larang Sayap Politik Hizbullah
Berbeda dengan Inggris, Jerman Tidak Larang Sayap Politik Hizbullah
A A A
BERLIN - Jerman tidak akan melarang sayap politik Hizbullah menyusul keputusan Inggris melakukan memasukkannya ke dalam daftar teroris. Jerman berada di bawah tekanan Amerika Serikat (AS) untuk mengambil tindakan keras terhada kelompok berbasis di Lebanon yang didukung Iran itu.

"Jerman tidak akan menyatakan gerakan Hizbullah Libanon sebagai organisasi teroris," kata Deputi Kementerian Luar Negeri Jerman Niels Annen.

Kepada majalah Der Spiegel, Annen mengatakan bahwa gerakan Islam Syiah yang didukung Iran itu adalah faktor yang relevan dalam masyarakat Lebanon dan bagian dari lanskap politik yang kompleks di negara itu.

Komentar itu muncul setelah Inggris bulan lalu melarang sayap politik Hizbullah, menuduh gerakan itu mendestabilisasi Timur Tengah.

Baca Juga: Inggris Masukkan Sayap Politik Hizbullah dalam Daftar Teroris

"Langkah Inggris adalah keputusan nasional yang tidak memiliki dampak langsung pada posisi pemerintah Jerman atau Uni Eropa," tegas Annen seperti dikutip dari Deutsche Welle, Sabtu (9/3/2019).

Uni Eropa telah menambahkan sayap militer Hizbullah ke daftar kelompok teroris pada tahun 2013.

Hizbullah mempunyai wakil di parlemen Lebanon dan memegang tiga posisi dari 30 kementerian dalam pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Saad al-Hariri yang didukung Barat.

Sayap bersenjata gerakan ini telah memperluas pengaruhnya dalam beberapa tahun terakhir di Libanon dan Suriah, di mana bersama Iran dan Rusia, mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Di Lebanon, kelompok itu dianggap lebih kuat daripada tentara Lebanon sendiri.

Annen, yang berbicara dengan Der Spiegel setelah kunjungan ke Lebanon, menolak kritik AS bahwa Jerman tidak melakukan tindakatan yang cukup untuk melawan pengaruh Iran di wilayah tersebut. Dia mengatakan kebijakan luar negeri Berlin tetap fokus pada menemukan solusi politik untuk situasi yang kompleks.

Jerman dan Uni Eropa telah berupaya untuk menyelamatkan perjanjian nuklir 2015 dengan Iran, menyiapkan mekanisme pembiayaan alternatif untuk memungkinkan perdagangan dengan Teheran meskipun ada sanksi sepihak dari AS.

Lebanon menjadi tuan rumah bagi hampir 1 juta pengungsi Suriah, beberapa di antaranya sudah mulai kembali ke rumah ketika perang di negara itu berakhir. Krisis kemanusiaan telah membuat kembalinya pengungsi Suriah yang aman menjadi masalah penting bagi Jerman.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4741 seconds (0.1#10.140)