AS Ingin Bentuk Koalisi Luas untuk Gulingkan Maduro

Senin, 04 Maret 2019 - 08:11 WIB
AS Ingin Bentuk Koalisi Luas untuk Gulingkan Maduro
AS Ingin Bentuk Koalisi Luas untuk Gulingkan Maduro
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) ingin membentuk koalisi yang seluas mungkin untuk menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro Moros. Rencana itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton.

Bolton kemudian menyerukan agar semua negara di Bumi sepenuhnya demokratis. "Saya ingin melihat koalisi seluas yang kami bisa kumpulkan untuk menggantikan Maduro, untuk menggantikan seluruh rezim yang korup," kata Bolton kepada Jake Tapper dari CNN pada hari Minggu. "Itulah yang kami coba lakukan."

Dalam beberapa jam setelah pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara pada bulan Januari, pemerintahan Presiden AS Donald Trump memberikan dukungannya. Beberapa negara Amerika Latin mengikuti AS dengan berupaya untuk menggalang dukungan internasional melawan Maduro yang sejauh ini tidak berhasil.

Sebuah resolusi AS yang mengecam Maduro dan menyerukan pemilu baru di Venezuela kandas pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pekan lalu. Maduro pun tetap memegang kendali Venezuela.

Namun, Bolton mengatakan bahwa AS tidak takut melakukannya sendiri demi perubahan rezim di Venezuela. "Dalam pemerintahan ini kami tidak takut untuk menggunakan frasa 'Doktrin Monroe'," katanya.

"Ini adalah negara di belahan Bumi kita dan sudah menjadi tujuan presiden Amerika kembali ke Ronald Reagan untuk memiliki belahan Bumi yang sepenuhnya demokratis," ujar Bolton.

Doktrin Monroe adalah nama yang diberikan pada kebijakan AS untuk menentang pengaruh Eropa di belahan Bumi Barat, yang digariskan oleh Presiden James Monroe pada tahun 1823. Sejak saat itu, kebijakan tersebut digunakan oleh John F. Kennedy dan Ronald Reagan untuk menentang penyebaran Komunisme di Kuba, dan menggalang dukungan untuk pemberontak Contra di Nikaragua.

Bolton bukan satu-satunya sosok garis keras di Washington yang menggunakan bahasa serupa untuk menggambarkan situasi di Venezuela. Ketua Komite Layanan Bersenjata Senat AS, Jim Inhofe, pada bulan lalu mengatakan bahwa AS mungkin harus menginvasi Venezuela jika Rusia berani mendirikan pangkalan militer di sana.

Rusia belum mendirikan pangkalan di Venezuela, dan mengklaim tidak memiliki rencana seperti itu.

Sementara itu, pemerintahan Trump sedang melakukan segalanya untuk membantu Guaido memegang kendali Venezuela, tetapi belum ada tanda-tanda akan melakukan intervensi militer. Namun demikian, utusan AS Elliott Abrams yang terkenal karena perannya memasok senjata kepada pemberontak Contra pada awal 1980-an mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa semua opsi ada di atas meja.

Guaido sendiri saat ini berada di Kolombia, dan berencana untuk kembali ke Venezuela pada hari Senin (4/3/2019). Pemimpin oposisi telah menyerukan protes anti-pemerintah besar-besaran untuk menyambut kepulangannya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5297 seconds (0.1#10.140)