Presiden Afghanistan Tolak Akui Kesepakatan Damai Taliban-AS

Rabu, 06 Februari 2019 - 12:40 WIB
Presiden Afghanistan Tolak Akui Kesepakatan Damai Taliban-AS
Presiden Afghanistan Tolak Akui Kesepakatan Damai Taliban-AS
A A A
KABUL - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan tidak ada kesepakatan damai antara Taliban dan Amerika Serikat (AS) yang dapat diselesaikan tanpa melibatkan pemerintahnya sebagai "pembuat keputusan."

Pemerintah Ghani sejauh ini telah menutup pembicaraan damai yang berkembang antara negosiator Taliban dan utusan AS untuk mengakhiri perang lebih dari 17 tahun. Taliban mengecap pemerintah Afghanistan sebagai boneka AS.

"Pada akhir kesepakatan perdamaian apa pun, pemerintah Afghanistan akan menjadi pembuat keputusan," kata Ghani mengatakan kepada TOLO News, stasiun televisi swasta terbesar di negara itu.

"Tidak ada kekuatan di negara ini yang dapat membubarkan pemerintah," ujar Ghani, yang menambahkan dia siap untuk berdiri dan membela negaranya.

"Yakinlah bahwa tidak ada yang bisa mendorong kita ke samping," imbuhnya seperti disitir dari Reuters, Rabu (6/2/2019).

Ghani membuat pernyataannya ketika politisi oposisi Afghanistan, termasuk pendahulunya Hamid Karzai, bertemu dengan perwakilan Taliban di Moskow.

Baca Juga: Taliban-Pemimpin Oposisi Afghanistan Bertemu di Moskow

Saling memuji kemajuan dalam pembicaraan di Qatar bulan lalu, utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad dijadwalkan kembali bertemu dengan perwakilan Taliban di tempat yang sama pada 25 Februari mendatang.

Pernyataan yang dilontarkan Ghani adalah beberapa yang paling mendalam sejak ia bertemu Khalilzad di Kabul pekan lalu.

Sebelumnya, di Twitter, ia mengatakan telah menerima jaminan melalui telepon dari Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo tentang komitmen Washington terhadap "kemitraan abadi" dengan Afghanistan.

"Kemitraan militer mereka 'tak tergoyahkan' dan akan tetap sampai perdamaian abadi dan inklusif tercapai," kata Ghani kala itu.

Pejabat AS mengatakan penarikan pasukan apa pun bergantung pada gencatan senjata, sesuatu yang Taliban tegaskan untuk diterapkan terlebih dahulu, dan gerakan itu harus siap untuk mengadakan pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan untuk membantu menciptakan perdamaian yang tahan lama.

Setelah dua tahun serangan intensif oleh Taliban terhadap pemerintah Afghanistan, militer dan pasukan asing, mereka sekarang mengendalikan atau melawan hampir setengah dari distrik di seluruh Afghanistan.

Gencatan senjata dan penarikan ribuan pasukan NATO yang dipimpin AS berada di atas meja setelah Washington mendapatkan jaminan sebelumnya dari Taliban bahwa mereka tidak akan membiarkan kelompok-kelompok seperti al-Qaeda dan Negara Islam (ISIS) untuk menyerang Amerika Serikat dan sekutunya.

Baca Juga: Taliban Setuju Larang Al-Qaida dan ISIS Bercokol di Afghanistan

AS memiliki sekitar 14.000 tentara di Afghanistan sebagai bagian dari misi yang dipimpin NATO dan upaya anti-terorisme terpisah yang sebagian besar diarahkan pada kelompok-kelompok seperti al-Qaeda dan Negara Islam (ISIS).

Sekitar 8.000 tentara dari 38 negara lain juga berpartisipasi dalam misi yang dipimpin oleh NATO..
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4339 seconds (0.1#10.140)