Akui Guaido, Grup Lima Minta Militer Venezuela Tinggalkan Maduro

Selasa, 05 Februari 2019 - 09:27 WIB
Akui Guaido, Grup Lima Minta Militer Venezuela Tinggalkan Maduro
Akui Guaido, Grup Lima Minta Militer Venezuela Tinggalkan Maduro
A A A
OTTAWA - Negara-negara anggota Grup Lima telah menyelesaikan pertemuan mereka di Ottawa, Kanada , terkait krisis di Venezuela . Mereka pun memproklamirkan bahwa tokoh oposisi Juan Guaido sebagai anggota penuh organisasi itu dan mengesampingkan intevensi militer untuk mengakhiri krisis kemanusiaan yang mencengkeram negara kaya minyak itu.

"Sangat penting untuk memahami bahwa Guaido memperoleh legitimasinya dari Majelis Nasional, yang merupakan satu-satunya badan yang tersisa secara demokratis di Venezuela," kata Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland pada konferensi pers penutupan pertemuan Grup Lima seperti dilansir dari CBC, Selasa (5/2/2019).

Para menteri luar negeri dari negara-negara Grup Lima - Kanada, Argentina, Brazil, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Guatemala, Guyana, Honduras, Panama, Paraguay, Peru dan Saint Lucia, bersama dengan perwakilan dari Inggris, Uni Eropa dan AS - bertemu di Ottawa untuk semakin memperkuat dukungan bagi Guaido ketika aksi protes atas legitimasi pemerintah Maduro terus memenuhi jalan-jalan di Venezuela.

Kelompok Lima mengakhiri pertemuannya dengan deklarasi 17 poin yang mencakup seruan bagi angkatan bersenjata nasional Venezuela untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada presiden sementara dalam fungsi konstitusionalnya sebagai komandan tertinggi mereka.

Seruan itu mengikuti berita pada hari Jumat lalu ketika Jenderal Angkatan Udara Venezuela Francisco Yanez telah mengalihkan kesetiaannya kepada Guaido dan telah meminta rekan-rekan perwiranya untuk melakukan hal yang sama.

Baca Juga: Akui Guaido, Jenderal AU Venezuela Serukan Pemberontakan

Akan tetapi, negara-negara Grup Lima tidak mendorong aksi militer terhadap rezim Maduro , dengan mengatakan menegaskan kembali dukungan untuk proses transisi damai melalui cara-cara politik dan diplomatik tanpa menggunakan kekuatan.

Mereka juga menyerukan resolusi damai terhadap krisis dan penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas dan adil. Namun mereka tidak menyebut penggunaan kekuatan sebagai opsi untuk berurusan dengan rezim Maduro.

Grup Lima juga mengecam pelanggaran hak asasi manusia di Venezuela. Mereka menyatakan bahwa pasukan keamanan negara itu, telah menyebabkan banyak kematian, cedera, dan penahanan.

Kelompok itu juga meminta komunitas internasional untuk bertindak, meminta PBB dan badan-badannya untuk menyiapkan dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang rentan di Venezuela. Kelompok itu meminta mitra internasional untuk menghentikan transaksi keuangan dan bisnis oleh rezim Maduro secara global.

Negara-negara juga sepakat dalam seruan mereka untuk segera membangun kembali demokrasi di Venezuela melalui pemilihan yang bebas dan adil, dengan pemantau internasional untuk memastikan mereka sah.

"Kami mendukung road map konstitusi yang akan mendukung transisi damai, segera, demokratis melalui pemilihan umum yang bebas, adil dan transparan di Venezuela," kata Menteri Luar Negeri Peru Nestor Francisco Popolizio Bardales.

Kelompok itu juga mendesak rezim Maduro untuk mengembalikan kebebasan pers dan mengakhiri penyensoran media di Venezuela.

Selama konferensi pers, sekelompok kecil pengunjuk rasa pro-Maduro mengibarkan spanduk dan mulai meneriakkan, "Hands off Venezuela," sebelum diantar keluar dari ruangan.

Setelah para pengunjuk rasa disingkirkan, Freeland mengatakan kepada wartawan bahwa dukungan Kanada untuk Guaido, dan dukungan dari Grup Lima, adalah bagian dari pengakuan atas hak untuk ekspresi demokratis - termasuk hak untuk protes.

"Jenis demokrasi yang dinikmati oleh para pemrotes politik di Kanada, dan saya sedih mengatakan para pemrotes politik di Venezuela tidak," katanya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5372 seconds (0.1#10.140)