Australia Akui Bunuh Banyak Warga Sipil saat Bombardir Mosul

Jum'at, 01 Februari 2019 - 14:47 WIB
Australia Akui Bunuh Banyak Warga Sipil saat Bombardir Mosul
Australia Akui Bunuh Banyak Warga Sipil saat Bombardir Mosul
A A A
CANBERRA - Militer Australia mengakui bahwa banyak warga sipil terbunuh ketika jet tempur F/A-18 Super Hornet-nya membombadir lingkungan Mosul, Irak, dua tahun lalu. Pengakuan muncul setelah hasil penyelidikan selama setahun keluar.

"Pada akhirnya kami telah menentukan bahwa ada kemungkinan warga sipil secara tidak sengaja terbunuh oleh koalisi selama serangan itu," kata Kepala Operasi Gabungan Marsekal Udara Mel Hupfeld dalam sebuah pernyataan, Jumat (1/2/2019). Koalisi yang dia maksud adalah koalisi internasional anti-ISIS yang dipimpin Amerika Serikat (AS)

Sebuah laporan awal mengatakan pesawat tempur Australia merenggut puluhan nyawa warga sipil saat melakukan serangan mendadak di lingkungan Al Shafaar, Mosul, 13 Juni 2017. Laporan itu dirilis Airwars, sebuah situs web yang melacak korban sipil dari serangan udara Barat.

Pasukan Pertahanan Australia meluncurkan penyelidikan sendiri atas klaim awal itu setengah tahun sesudahnya. Australia adalah bagian dari pimpinan AS yang memerangi kelompok Islamic State atau ISIS.

Jumlah korban tewas saat itu diduga mencapai 34 orang ketika serangan udara koalisi menargetkan sebuah halaman dan sebuah bangunan, yang keduanya diyakini sebagai pos terdepan ISIS di daerah tersebut.

Militer Australia mengakui bahwa pemboman itu kemungkinan juga menewaskan warga sipil di gedung terdekat. Namun, mereka berpendapat bahwa jumlah korban tewas jauh lebih kecil dari perkiraan semula.

Militer Australia percaya korban tewas dari kalangan sipil antara 6 hingga 18 orang. Mengutip Sydney Morning Herald, penyelidik memperhitungkan kepadatan populasi ketika mereka menentukan potensi hilangnya nyawa sipil.

Hufeld menekankan, bagaimananpun penilaian itu, tidak ada kepastian bahwa warga sipil terbunuh oleh serangan udara Australia. Menurutnya, operasi Irak atau koalisi internasional, atau mungkin aksi militan ISIS sendiri ikut andil atas kematian banyak warga sipil di Mosul.

Menteri Pertahanan Australia Christopher Pyne mengatakan hal yang sama. Menurutnya, dalam hal transparansi, Australia siap untuk mengatakan bahwa pihaknya bisa bertanggung jawab. "Meskipun tidak ada kejelasan tentang masalah ini," katanya.

"Tidak akan ada dampak bagi pilot, karena mereka melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan," imbuh dia.

Ini bukan pertama kalinya Australia bertanggung jawab atas korban sipil di Mosul. Pada bulan Maret, militer Australia mengatakan tuduhan bahwa mereka menewaskan dua orang dewasa dan melukai dua anak dalam serangan udara koalisi di Mosul pada 3 Mei 2017, dapat dipercaya atau kredibel.

Setelah menerbangkan misi tempur pertamanya di Irak pada September 2014, Australia mengakhiri kontribusinya terhadap kampanye anti-teroris pada Desember 2017. Australia menarik jet-jet tempurnya dari Irak setelah melakukan 2.750 serangan mendadak dan mencatat waktu lebih dari 21.000 jam terbang.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4133 seconds (0.1#10.140)