Parlemen Eropa Desak Negara Anggota Akui Guaido Presiden Venezuela

Jum'at, 01 Februari 2019 - 05:32 WIB
Parlemen Eropa Desak Negara Anggota Akui Guaido Presiden Venezuela
Parlemen Eropa Desak Negara Anggota Akui Guaido Presiden Venezuela
A A A
BRUSSELS - Parlemen Eropa memilih untuk mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela yang sah. Mereka pun mendesak para pemimpin Uni Eropa (UE) untuk melakukan hal yang sama.

Resolusi, yang disepakati pada hari Kamis, menyerukan kepemimpinan Uni Eropa untuk mengadopsi sikap yang kuat, bersatu, dan mengakui Guaido sebagai satu-satunya presiden sementara dari negara Amerika Selatan itu sampai pemilihan baru diadakan untuk "memulihkan demokrasi."

Parlemen Eropa juga berjanji memberikan dukungan penuh untuk parlemen Venezuela, Majelis Nasional, yang dikendalikan oposisi. Mereka juga mendesak negara-negara Uni Eropa untuk mengakreditasi utusan yang ditunjuk oleh oposisi.

Dokumen ini diadopsi dengan 439 suara melawan 104, dengan 88 anggota parlemen memilih abstain.

Guaido pun berterima kasih kepada Parlemen Eropa.

“Kami membuat langkah besar dalam perjuangan kami untuk demokrasi,” tulisnya di Twitter seperti dikutip dari RT, Jumat (1/2/2019).

Ketua Urusan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini sebelumnya menjanjikan "dukungan penuh" untuk Majelis Nasional. Pada hari Sabtu lalu, Jerman, Prancis dan Spanyol mengancam akan mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela kecuali kepala negara saat ini, Nicolas Maduro , menyatakan pemilihan umum dalam waktu delapan hari.

Maduro dengan tegas menolak ultimatum, dengan mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa tidak memiliki hak untuk mengajukan tuntutan semacam itu dan pemilihan akan berlangsung, sesuai jadwal, pada tahun 2025.

Juru bicara parlemen Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara minggu lalu, dalam sikap oposisi terhadap Maduro yang memerintah Venezuela sejak 2013. Guaido langsung disahkan oleh AS dan kemudian diakui sebagai satu-satunya penguasa yang sah oleh Kanada dan mayoritas negara-negara Amerika Selatan, termasuk negara tetangga Kolombia dan Brazil.

Namun negara-negara seperti Rusia, China, Iran dan Turki tetap mengakui Nicolas Maduro sebagai presiden Venezuela yang dipilih secara demokratis. Moskow menekankan bahwa semua negara harus menghormati kedaulatan Venezuela dan berjanji untuk membela kepentingan nasionalnya di negara itu dengan semua mekanisme yang tersedia.

Selama bertahun-tahun, Venezuela telah dilanda krisis ekonomi yang parah. Kondisi ini menyebabkan banyak aksi protes, beberapa di antaranya berubah menjadi bentrokan dengan polisi. Maduro menuduh AS memicu protes terhadap pemerintah, serta menyembunyikan plot untuk menggulingkan atau membunuhnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5397 seconds (0.1#10.140)