Rudal 'Guam Killer' China Diragukan Bisa Hantam Kapal Induk Bergerak

Kamis, 31 Januari 2019 - 15:34 WIB
Rudal Guam Killer China Diragukan Bisa Hantam Kapal Induk Bergerak
Rudal 'Guam Killer' China Diragukan Bisa Hantam Kapal Induk Bergerak
A A A
WASHINGTON - Media pemerintah China telah menggembar-gemborkan kemampuan rudal balistik jarak menengah DF-26 yang baru-baru ini diuji tembak. Senjata yang dijuluki misil "Guam Killer" ini diklaim mampu menghantam kapal induk musuh yang dalam posisi bergerak.

Namun, para pakar meragukan kemampuan itu. Laporan media pemerintah China itu diduga bagian dari kampanye propaganda bersama yang dirancang untuk mengesankan audiens domestik perihal kekuatan militer Beijing di panggung internasional.

Para ahli mengatakan video uji tembak rudal "Guam Killer" yang ditembakkan dari lokasi yang dirahasiakan itu sebenarnya mengungkapkan sangat sedikit dari klaim yang disuarakan.

"Video itu tidak menunjukkan rudal mengenai sasaran bergerak di laut," kata pakar militer Carl Schuster kepada CNN. Schuster adalah mantan direktur operasi di US Pacific Command's Joint Intelligence Center.

"Untuk semua penonton dapat melihatnya, ini adalah peluncuran rudal balistik standar tanpa indikasi apakah target bergerak atau statis," katanya lagi, yang dikutip Kamis (31/1/2019).

Beijing telah lama mengklaim rudal DF-26 sebagai ancaman mengerikan bagi pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat (AS), terutama yang berada di kepulauan Pasifik. Senjata itu juga disombongkan dapat menargetkan kapal perang di laut terbuka.

DF-26 diyakini oleh para analis AS mampu mengenai target dalam jarak 3.400 mil (5.471 kilometer) dan bisa membawa hulu ledak nuklir atau pun konvensional.

Tetapi, kata Schuster, mencapai sasaran yang bergerak di laut akan memerlukan prosedur dan taktik yang belum dilakukan China.

Global Times, media pro-pemerintah China pada hari Senin melaporkan video uji tembak misil DF-26 yang dirilis China Central Television (CCTV) milik pemerintah menunjukkan ada empat sirip di dekat hidung rudal. Menurut laporan tersebut, fitur itu memungkinkan rudal untuk mengubah arah dalam penerbangannya untuk menabrak kapal yang bergerak.

"Desain khusus memungkinkan rudal untuk secara akurat mengontrol lintasan serangan, karena empat permukaan kontrol penerbangan memberikan kemampuan manuver yang super dan memandu hulu ledak selama tahap terminal untuk menabrak kapal induk yang bergerak lambat," bunyi laporan yang mengutip pakar militer China, Song Zhongping, tersebut.

Laporan itu juga mengutip ahli militer China lainnya yang tidak disebutkan namanya, yang mengatakan bahwa hulu ledak misil tersebut terkait secara elektronik dengan sistem penargetan.

"Sebuah jaringan informasi yang terhubung ke hulu ledak, yang mungkin termasuk satelit, radar darat dan laut di samping radar pada rudal itu sendiri, akan terus memperbarui lokasi target yang bergerak, menginformasikan kontrol penerbangan ke mana memandu rudal," bunyi laporan dari pakar anonim itu.

Andrew Tate, seorang analis di majalah militer, Jane's Defense Weekly, mengatakan bukti kemampuan misil anti-kapal DF-26 akan membutuhkan lebih banyak pengujian.

"Laporan Global Times mengacu pada radar rudal itu sendiri, yang mungkin diperlukan untuk fase homing terminal, ketika penundaan dalam memperbarui posisi target dapat mengakibatkan kesalahan. Jaminan bahwa fungsi seperti yang dirancang akan memerlukan uji coba yang representatif," tulis Tate setelah meninjau video uji tembak misil "Guam Killer".

Julukan "Guam Killer" yang berarti "Pembunuh Guam" pada misil China ini mengacu pada Guam, wilayah di Pasifik yang jadi pangkalan militer AS. Nama wilayah itu juga pernah tenar ketika rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korea Utara mengancam akan menghujaninya dengan rudal balistik. Namun, ancaman itu tak pernah terbukti.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5752 seconds (0.1#10.140)