Australia Tuntut China Perlakukan Warganya 'Secara Adil'

Kamis, 24 Januari 2019 - 11:58 WIB
Australia Tuntut China Perlakukan Warganya Secara Adil
Australia Tuntut China Perlakukan Warganya 'Secara Adil'
A A A
CANBERRA - Australia Tuntut China Perlakukan Warganya 'Secara Adil'

CANBERRA - Australia menuntut China untuk menangani kasus warga negaranya, Yang Hengjun, secara transparan dan adil. Hengjun - seorang novelis, pengacara demokrasi, dan mantan diplomat China - ditahan tak lama setelah ia kembali ke China dari Amerika Serikat (AS) pekan lalu.

Pihak otoritas China belum secara terbuka mengatakan mengapa ia ditahan atau apakah ia menghadapi dakwaan.

"Kedutaan besar kami di Beijing akan bertemu dengan pemerintah China pagi ini untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut tentang sifat penahanan ini," kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam sebuah pernyataan.

"Kami akan terus membuat representasi ke China untuk memastikan bahwa masalah ini ditangani secara transparan dan adil," tambahnya seperti dikutip dari AFP, Kamis (24/1/2019).

Pernah digambarkan sebagai "blogger politik paling berpengaruh" di China, Yang Hengjun menjadi warga negara Australia pada tahun 2000. Namun saat ini ia berbasis di Universitas Columbia New York.

Kritiknya terhadap pemerintah China dan dukungannya terhadap demokrasi di masa lalu membuatnya menjadi sasaran aparat keamanan negara Beijing.

Dia hilang selama perjalanan 2011 ke China, tetapi muncul kembali beberapa hari kemudian, menggambarkan kepergiannya sebagai "kesalahpahaman".

Namun penahanannya saat ini terjadi pada saat ketegangan tinggi antara negara-negara Barat dan Beijing yang semakin memanas, memicu kekhawatiran bahwa ia mungkin menjadi korban dinas keamanan China yang menargetkan orang asing.

Penangkapan terhadap seorang senior eksekutif raksasa telekomunikasi China Huawei di bandara Vancouver baru-baru ini dari telah diikuti oleh penangkapan dua orang Kanada.

Hubungan antara China dan Australia sendiri telah tegang oleh keputusan Canberra untuk melarang raksasa telekomunikasi China Huawei berpartisipasi dalam jaringan nirkabel 5G karena kekhawatiran keamanan dan ketika kedua negara telah bersaing lebih terbuka untuk pengaruh di Pasifik.

Pertikaian terbaru tentang Yang Hengjun ini pasti akan menjadi agenda yang sulit ketika Menteri Pertahanan Australia Christopher Pyne mengunjungi Beijing Kamis malam.

Yang Hengjun telah bekerja di kementerian urusan luar negeri di provinsi Hainan, tetapi kemudian pergi ke Hong Kong pada tahun 1992, sebelum menulis serangkaian novel mata-mata yang bernuansa politis. Ia menjadi warga Australia pada tahun 2000.

Teman-teman Hengjun pertama kali mengkhawatirkan nasib pria berusia 53 tahun itu ketika gagal melakukan penerbangan lanjutan dari Guangzhou ke Shanghai pada 19 Januari.

Media Australia melaporkan dia bepergian dengan anggota keluarga, termasuk istrinya, yang sejak itu memposting pesan samar dan emosional di halaman Weibo-nya dari Beijing.

Kemarahan pun meningkat di Australia karena China gagal dengan cepat memberi tahu pihak berwenang tentang penahanannya dan kekhawatiran bahwa hubungan yang sudah sulit mungkin akan semakin rusak.

"Anda tidak bisa menutup-nutupi ini, ini adalah warga negara Australia, yang telah ditahan di Tiongkok," kata pemimpin oposisi Australia Bill Shorten.

"Ini sangat memprihatinkan, saya tidak bisa berpura-pura," tambahnya, mengkritik lambatnya tanggapan dari otoritas China.

"Ini sama sekali bukan cara hubungan antara kedua negara kita harus dilakukan," tukasnya.

Mantan perdana menteri dan pakar Australia tentang China, Kevin Rudd, di Twitter menegaskan bahwa Hengjun adalah warga negara Australia yang berhak mendapatkan perlindungan.

Di bawah perjanjian konsuler 2000 antara kedua negara, Tiongkok harus memberi tahu Australia tentang penahanan Yang dalam waktu tiga hari kalender dan mengizinkan kunjungan konsuler, kecuali tahanan melepaskan hak itu.

Masalah ini mungkin lebih rumit dengan penolakan China untuk mengakui kewarganegaraan ganda dan tuduhan "diplomasi sandera" Tiongkok.

Kelompok advokasi penulis, PEN menuduh Cina melakukan penindasan terbuka: "Sudah jelas bahwa Yang tidak akan ditangkap jika bukan karena tulisan-tulisan kritis sebelumnya."
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3106 seconds (0.1#10.140)